
JAKARTA, MANADONEWS – Ekspor batik Indonesia pada tahun 2015 yang mencapai USD 3,1 miliar atau mencapai hampir Rp 41 triliun. Angka tersebut tumbuh 6,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai ekonomi batik Indonesia terbilang tinggi, pasar ekspor utama batik adalah Jepang, Amerika Serikat, Eropa dan terus meluas.
Pada tanggal 2 Oktober 2009 silam, batik Indonesia telah mendapatkan pengakuan dunia oleh UNESCO yang mengukuhkan batik sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity asal Indonesia.
Pertumbuhan batik juga ditopang antusiasme masyarakat untuk menggunakan batik, baik dari pegawai pemerintahan, BUMN ataupun swasta serta masyarakat secara luas dari berbagai kalangan dan usia sehingga meningkatkan permintaan produk batik yang mendorong tumbuhnya industri batik nasional.
Melalui siaran pers Kementerian Perindustrian Republik Indonesia yang dilansir Kamis (19/05/2016). Menteri Perindustrian Saleh Husin terus mendorong pemakaian dan konsumsi batik Indonesia. Di setiap kesempatan, masyarakat diminta memprioritaskan penggunaan batik.
“Batik adalah produk budaya Indonesia yang bernilai seni sekaligus ekonomi tinggi. Bagaimana caranya berkontribusi industri batik? Cara yang mudah dan konkrit, dengan kita memakai dan membeli batik Indonesia sama juga turut menghidupkan para pembatik skala kecil, menengah hingga besar,” kata Menperin pada acara peresmian Pesona Batik Pesisir Utara Jawa Barat yang digelar oleh Yayasan Batik Jawa Barat di Jakarta, Kamis (19/5/2016).
Sedangkan bagi pelaku usaha, baik yang tengah merintis maupun telah mengembangkan bisnis batik, menjual dan mempromosikan batik juga termasuk cara melestarikan batik. Selain tentu saja mendapatkan keuntungan materi.
Oleh karena itu, Menperin mengaku sangat mengapresiasi pelaku usaha dari pembatik hingga desainer yang terus berkarya memproduksi batik sehingga menjadi bagian ekonomi kreatif. Motif-motif tradisional pun giat diangkat dan yang kontemporer juga diciptakan.
“Saya perhatikan, setiap daerah memiliki batik khas masing-masing dan makin ke sini motif dan potongan bajunya semakin menarik. Ini yang membuat anak-anak muda semakin bangga memakai batik,” ujarnya. Lebih luas lagi, menurutnya, semakin sering memakai batik Indonesia maka batik kita semakin mendunia.
“Saat ini yang perlu kita waspadai adalah persaingan dengan Malaysia, Cina dan Singapura yang juga telah memproduksi batik. Selain memperkuat produksi dan mengembangkan dari sisi industri, pilihan kita membeli batik Indonesia merupakan langkah konkret dan riil turut memenangi persaingan dengan batik luar negeri,” kata Menperin.
Sementara itu Ketua Yayasan Batik Jawa Barat, Sendy Dede Yusuf mengatakan pihaknya aktif mendampingi dan memberi pembekalan kepada pembatik Jabar sejak organisasi ini berdiri pada Agustus 2008. “Tak hanya di produksi, kami bantu di sisi pemasaran. Kini sudah ada kelompok-kelompok usaha di 27 kabupaten/kota di Jabar, juga terbentuk koperasi-koperasi,” ujarnya.
Pihaknya menggelar acara ini dengan menggelar rangkaian acara berupa pameran batik pesisir utara Jabar, pameran revitalisasi batik keraton Cirebon dan peluncuran buku. Selain itu, penyerahan sertifikat Hak Kekayaan Intelektual untuk karya perajin batik anggota YBJB, penyerahan bantuan kompor batik, dana bergulir, peragaan dan bazaar busana.