KUDUS, MANADONEWS – Dunia sastra Indonesia kembali berduka, sastrawan Yudhi M.S tutup usia pada umur 62 tahun. Diduga akibat serangan jantung, Yudhi M.S meninggal di Rumah Sakit Mardirahayu, Kabupaten Kudus, Kamis, 26 Mei 2016, sekitar pukul 14.30.
Yudhi M.S. meninggalkan seorang istri dan seorang putra. Jenazah yang telah disemayamkan di rumah duka di Jalan Nyai Dasima, Gang 24, Kelurahan Mlati, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, itu akan dimakamkan di pemakaman umum Ploso, Jumat pagi, pukul 09.00.
“Awalnya ikut launching buku biografi Soewarno M. Serad, Kamis siang kemarin, tiba-tiba lemas dan dibawa ke rumah sakit,” kata Jumari H.S., rekan Yudhi M.S., yang juga sastrawan, di Kudus dikutip Tempo.co, Jumat pagi, 27 Mei 2016.
Yudhi M.S. dikenal aktif menghidupkan dunia sastra di kota kelahirannya, Kudus. Ia mendirikan Komunitas Penulis Kudus (KPK) pada 1990-an. “Dari KPK itu dilahirkan banyak sastrawan muda di Kudus, seperti Puntodewo, Musi Sirad, Rahardi Noor, dan sejumlah penulis muda,” tutur Jumari.
Bagi Jumari, Yudhi M.S. merupakan bapak sastrawan dan guru baginya dalam dunia menulis. “Saya mengabdi di sastra dari beliau,” ujarnya.
Yudhi M.S. telah aktif di dunia sastra sejak era 1980-an dan banyak menghasilkan banyak tulisan dalam bentuk puisi, cerpen, dan novel. Satu novelnya yang hendak dipublikasikan berjudul ‘Seputih Jilbab Fransiska‘.
Namun, sebelum karya terakhirnya itu diterbitkan, dia lebih dulu menghadap Tuhan. “Buku dicetak baru sebatas sampling, belum diproduksi banyak,” ucap Jumari.
Biografi singkat;
Yudhi M.S lahir pada 17 Juni 1954. Selain menulis sajak, penyair yang pernah mengasuh acara Ladang Sastra di Radio Muria Kudus pada 1983-2000 juga menulis cerpen, artikel, dan geguritan (puisi Jawa). Sebagai pengurus Dewan Kesenian Kudus sejak 2004.
Karyanya dimuat di berbagai media massa antara lain Sinar Harapan,Suara Merdeka, Suara Pembaruan, Kompas, Media Indonesia, Bernas, Wawasan, Kumandang, Panjebar Semangat, Senang, Midi, Anita Cemerlang.
Tahun 1991 bersama Mukti Sutarman Espe, M.M. Bhoernomo, dan penulis lainnya mendirikan komunitas Keluarga Penulis Kudus (KPK), sebagai ketua periode pertama (1991-1994).
Kumpulan sajaknya Matabunga (1999), Selain itu, antologi Menara (1993), Antologi Puisi Jawa Tengah (1994), Progo (1995), Refleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka (1995), Lawang Sewoe (1996), Angin Ladang (1996), Menara 2 (1997), Zamrud Khatulistiwa (1998), Jentera Terkasa (1998), Pabrik (1998), Menara 3 (1999), Masih Ada Menara (2004), Mahaduka Aceh (2005).
[Tempo]