JAKARTA, MANADONEWS – Tujuh orang Anak Buah Kapal (ABK) Warga Negara Indonesia (WNI) yang diculik oleh kelompok bersenjata Filipina sejak Juni lalu belum dibebaskan, menyusul tiga orang lagi kembali diculik. Tiga WNI tersebut diculik saat berlayar di pantai timur Sabah, tepatnya di perairan Lahad Datu, yang masih berada di wilayah Malaysia, Sabtu (9/7) lalu.
Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut B. Pandjaitan megemukakan, pihaknya akan mengevaluasi mengenai proses penculikan terhadap para ABK tersebut. Hal tersebut diungkapkan Menteri Luhut kepada wartawan di halaman samping Istana Negara usai Halal bi halal dengan Presiden Joko Widodo, di Istana Negara, Jakarta, Senin (11/7) siang.
“Ya ini saya sekarang mau ke kantor, mau rapat dengan Tim Crisis Center untuk melihat, yang kemarin ditahan tujuh dan sekarang ditahan tiga. Kita mau evaluasi dulu apa dan bagaimana dan seterusnya nanti kita baru bisa laporkan,” kata Menteri Luhut.
Terkait kerjasama Indonesia, Malaysia, dan Filipina, Menteri Luhut menegaskan, bahwa ini daerahnya luas. Tapi dia meyakinkan, bahwa pemerintah saat ini sedang melakukan upaya-upaya yang terpadu untuk mencoba mengatasi ini.
Tentang para pelaku dalam aksi penyanderaan tersebut, dikonfirmasi masih berasal dari kelompok Abu Sayyaf. “Ya, sampai sekarang, sampai tadi saya dapat masih Abu Sayyaf sebelum masuk kemari (Istana Negara). Sekarang kami masih monitor dan komunikasi dengan pihak Malaysia,” ungkap Menteri Luhut.
Keterangan Kepolisian Sabah
Dikabarkan sebuah kapal tugboat yang diawaki tujuh WNI disergap oleh kelompok bersenjata saat sedang berlayar di pantai timur Sabah, berjarak sekitar delapan mil laut dari pantai. Namun setelah kelompok tersebut menginterogasi ketujuh ABK, empat orang di antaranya yang tidak memegang paspor Indonesia dilepas, sementara sisanya yang memegang paspor dibawa kelompok bersenjata tersebut.
Kepala Kepolisian Sabah Datuk Abdul Rashid Harun mengumumkan identitas ketiga WNI tersebut dalam jumpa pers, Minggu (10/7). Diketahui ketiga WNI yang berasal dari Indonesia timur tersebut yakni; Lorence Koten (34), Teo Dorus Kopong (42) dan Emanuel (46).
Dari keterangan ABK yang dibebaskan, para penculik berjumlah sekitar lima orang berusia antara 30-40 tahun. Tiga orang di antaranya membawa senjata api jenis M14 dan M16 meminta para awak kapal berkumpul di haluan sebelum membawa ketiga WNI yang memiliki dokumen.
Rashid menduga pelaku penculikan dari kelompok Apo Mike, bagian dari kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Kelompok ini pula yang menyandera tujuh ABK dari Indonesia yang sedang melakukan perjalanan dari Filipina sejak Juni lalu dan hingga kini belum dibebaskan.
[Setkab]