dr. Yuanita Langi,SpPD-KEMD
Staf pengajar Bagian/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unsrat/RSUP Prof RD Kandou Manado
DIABETES mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Insulin sendiri adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas dalam tubuh yang berfungsi untuk mengatur kadar gula dalam darah. Penyakit ini terdiri dari dua jenis utama, yaitu DM tipe 1 dan tipe 2. Saat ini Indonesia termasuk dalam 10 negara di yang memiliki jumlah penderita DM tertinggi di dunia dengan jumlah penderita DM sekitar 8,5 juta orang dan 50 % dari populasi tersebut tidak menyadari telah menderita DM. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi adanya peningkatan pesat jumlah penyandang DM dan menjadi salah satu ancaman kesehatan global.
Ekstrapolasi data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan prevalensi DM di Indonesia berkisar 6,9% dan propinsi Sulawesi Utara menempati urutan kedua tertinggi jumlah pasien DM di Indonesia. Pada tahun 1980-an ketika prevalensi nasional masih berkisar 1-2%, prevalensi DM di Minahasa telah berkisar 6%. Penulis pernah melakukan penelitian di Kabupaten Minahasa, tahun 2004, dari sekitar 200 orang yang diperiksa kadar gula darah, 20% adalah DM dan 20% pra diabetes.
Tidak berlebihan untuk mengasumsikan bahwa saat ini prevalensi DM di Sulawesi Utara jauh di atas angka nasional. Fakta ini memberikan peringatan bahwa masyarakat Sulawesi Utara baik secara genetik, perilaku dan gaya hidup sangat beresiko tinggi menderita DM.
Gejala DM secara umum antara lain buang air kecil yang sering, rasa haus, rasa lapar yang berlebihan, penurunan berat badan secara drastis, kelelahan kronis, dan penglihatan kabur. Permasalahan besar dari penyakit DM adalah timbulnya komplikasi kronis seperti stroke, penyakit jantung, kebutaan, gagal ginjal yang akan sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarga serta meningkatnya pembiayaan terkait komplikasi.
Sebagai contoh, unit cuci darah terus mengalami peningkatan kapasitas serta pertumbuhan unit-unit baru di rumah sakit-rumah sakit/ klinik. Hal ini akan sangat membebani pembiayaan sektor kesehatan, karena biaya yang keluar tidak menghasilkan masukan yang produktif dengan kata lain habis pakai. Harian Kompas 8 April 2016 menulis prediksi Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa akan ada kerugian materil akibat DM sejumlah 1,7 triliun USD dari produk domestik bruto (PDB) global di tahun 2010-2030. Harian tersebut juga memaparkan bahwa total belanja perawatan DM di dunia mencapai 612 miliar dollar AS atau 11 % belanja kesehatan global pada tahun 2013.
Hal utama agar terhindar dari penyakit DM adalah melakukan pencegahan primer. Pencegahan primer adalah pencegahan timbulnya DM pada kelompok masyarakat yang memiliki faktor risiko timbulnya DM seperti, ras dan etnik, riwayat keluarga DM, umur >45 tahun, riwayat melahirkan bayi besar, riwayat DM pada kehamilan, obesitas, kurang aktivitas fisik, hipertensi, kolesterol tinggi, makanan tidak sehat. Pencegahan dilakukan dengan cara mempertahankan/mencapai berat badan ideal, menghindari pola hidup yang kurang bergerak, melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit setiap hari, makan makanan yang seimbang dan tinggi serat, menghindari makanan tinggi lemak serta tinggi kalori dan tidak merokok. Bila sudah menderita DM, maka dilakukan pencegahan sekunder dengan tujuan menghindari timbulnya komplikasi kronis, serta pencegahan tertier untuk mencegah timbulnya kecacatan bahkan kematian. (*)