TAHUNA, MANADONEWS – Debat Publik calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Kepulauan Sangihe kembali bergulir. Masih di tempat yang sama, Kantor Sektetariat DPRD Sangihe, Sabtu (28/1), ronde kedua ber-temakan Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat.
Atmosfer pada ronde kali ini makin memanas. Kedua pasangan calon (paslon) saling serang. Penekanan dimulai dari kubu paslon Jabes Ezar Gaghana-Helmut Hontong (JEG-HH). Paslon nomor urut dua ini sering memanfaatkan kesempatan menjawab dengan menyoroti segelintir kekurangan pada pemerintahan periode sebelumnya. Tak hayal beberapa jawaban sering lari dari konteks.
Salah satu contoh, saat seorang panelis menanyakan upaya membangkitkan usaha ekonomi kerakyatan. Karena contoh ‘mati-nya’ pengrajin tenun koffo dan tagonggong di Sangihe.
Calon Bupati JEG menyebut hal itu adalah dosa lama pemerintahan sebelumnya. Menurut JEG, pemerintah telah melupakan keberadaan mereka.
“Kami sangat mendukung program ekonomi kerakyatan. Tentunya dengan memfasilitasi kehadiran mereka di pusat kota Tahuna.
Menanggapinya, Calon Wakil Bupati dr Andi Silangen mengatakan kekurangan yang terjadi pada pemerintahan sebelumnya merupakan kegagalan dari JEG yang notaben-nya adalah mantan wakil bupati. Menurutnnya, kekurangan tersebut terjadi akibat pemerintahan berjalan tidak sinkron.
“Pak JEG sudah 10 tahun berada di sistem ini dengan menjadi wakil bupati. Jadi kegagalan pemerintah sebelumnya menjadinkegagalan pak JEG. Makanya jika saya dipercayakan mendampingi Hironimus Rompas Makagansa (HRM) kedepan, akan disiasati kiat-kiat ekonomi kerakyatan dengan fokus mulai dari desa. Saya perhatikan hingga saat ini dari bidang pengawasan tidak berjalan dengan baik. Sebagai contoh, belum ada-nya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). BUMDEs berperan untuk perekonomian dari desa dan untuk desa, Selanjutnya, pemerintah daerah tinggal mendorong agar bisa berkembang. BUMDEs saja tidak ada apalagi Badan Usaha Milih Daerah (BUMD)! Sudah mati. Dan itu adalah bagian dari fungsi pengawasan yang harus saya kerjakan,” bebernya.
Sebelumnya, HRM menjelaskan secara teknis dan lebih strategis bagaimana membangkitkan usaha ekonomi kerakyatan.
“Ketika bicara koffo tentunya kita teringat bahan baku, teknologi dan pengrajin yang memiliki keahlian. Selanjutnya harus ada pasar. Jika kita mau mengembangkannya, sosialisasi tentang bahan bakunya, bagaimana cara budidanya, kehadiran poenyuluhan yang mengerti koffo serta menghadirkan pengrajinnya.
Di sisi lain, untuk tagonggong, bagi HRM keseniannya harus didorong agar tidak terbatas lagi hiburan. Melainkan menjadikannya sebagai industri.
“Sehingga para pengrajin dan pelaku serta atraksi menjadi menarik dan menjadi sajian masyarakat imum serta menjadi konsumsi masyarakat umum dan mendapatkan tempat untuk pasaran regional, nasional maupunbinternasional,” tandasnya.(YOUNGKY)