Anggota DPRD Bolmong, Tonny Tumbelaka
BOLMONG,MANADONEWS,-.Dugaan tindakan tak pantas yang dilakukan oknum guru SMP 1 Poigar, berupa hukuman menjemur ditengah teriknya matahari dihalaman sekolah kepada seorang siswa laki-laki berinisial HO dan dua orang siswi berinisial MM dan VR yang sedang dalam masa pemulihan dari sakit ini, akhirnya mendapat perhatian serius dari anggota DPRD Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong).
Saat dihubungi via telepon seluler, Sabtu (10/1/2019) siang pada anggota DPRD Bolmong Tonny Tumbelaka, dirinya sangat menyayangkan kejadian ini.
Aleg Bolmong dari Fraksi PDI-P ini mengatakan bakal memanggil hearing pihak sekolah.
“Secepatnya kami akan panggil hearing oknum guru, Kepsek dan dinas pendidikan,” ujar Tumbelaka, Aleg Bolmong Dapil Lolak-Sangtombolang.
Lanjutnya, yang dipanggil juga bukan hanya pihak sekolah dan dinas pendidikan. Namun, siswa dan orang tua siswa.
“Semua dikumpul agar permasalahan bisa jelas dan dicarikan solusinya, sehingga nantinya kami akan mengeluarkan rekomendasi melalui hasil pertemuan tersebut,” imbuhnya.
Ditambahkan Tumbelaka, agar hearing bisa dilakukan dalam waktu dekat ini, dirinya akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan Pimpinan Komisi III dan Pimpinan Dewan.
“Kan harus koordinasi, supaya tak melanggar tupoksi,” jelasnya.
Peristiwa ini bermula pada Jumat (18/1/2019) pagi sekitar pukul 07.30 Wita, dimana ketiganya tak membawa seragam olahraga. Meski salah satu siswi yang sedang dalam pemulihan dari sakit cikungunya sudah mengeluh kepada oknum guru, akan tetapi guru tersebut tak peduli dan tetap memberikan hukuman hingga pukul 10.30 wita.
“Saya sudah bermohon kepada guru bahwa kondisi tubuh masih sering panas dingin,” ujar VR dengan diperjelas resep obat dari dokter namun tak digubris.
Siswi tersebut membeberkan, bahwa oknum guru tersebut malahan berujar ‘ Akh cuma alasan ngoni ‘ sambil dengan nada seperti layaknya raungan singa dibelantara hutan.
“Badiri dipanas ngoni tiga deng jangan ada yang duduk ehh. Awas kita lia ngoni tiga duduk ato ba sombar,” ujar VR menirukan perkataan guru tersebut.
Yang lebih parah juga, VR menambahkan ada guru-guru yang lalu-lalang, bahkan Kepsek yang sepertinya melihat hukuman ini sebagai tontonan yang menarik.
“Kami disuruh berdiri dan jadi tontonan mirip seperti film penjajahan terhadap budak-budak pekerja paksa,” ujarnya.
“Saya masih trauma atas perilaku guru ini,” pungkas VR sambil menangis.
Sementara itu, orang tua VR sangat menyayangkan kejadian kepada anaknya.
“Dia lagi pemulihan dari sakit, apalagi ada resep dan obat dokter. Karena keinginannya ke sekolah sangat besar, saya pun mengijinkan. Jika sudah begini kejadiannya, siapa yang tanggungjawab,” sesalnya.
(Stvn)