Example floating
Example floating
Uncategorized

Kata Mayoritas dan Minoritas Tidak Perlu Terucap lagi

×

Kata Mayoritas dan Minoritas Tidak Perlu Terucap lagi

Sebarkan artikel ini

Manado – Jangan lagi terucap dari para tokoh, dan para pemimpin kata ‘Mayoritas dan Minoritas’ karena hal ini hanya akan mengakibatkan munculnya majority sindrome maupun minority sindrom. Situasi ini bisa menjadi awal dari perpecahan dan hal ini tidak cocok dengan tema diskusi ini Merajut Kesatuan Bangsa. Ketegasan ini disampaikan ML Denny Tewu, calon DPD RI 2019-2024 asal Sulut nomor urut 34 dalam forum group diskusi Pria Kaum Bapa (PGI) yang dipimpin langsung oleh Ketua PKB PGI, Olly Dondokambey yang juga Gubernur Sulawesi Utara, beberapa hari lalu di Jakarta.

MANTOS MANTOS

Denny yang hadir sebagai peserta mengusulkan pula agar perlu dirajut kembali makna ‘The Founding Fathers’ tidak hanya ditujukan kepada personal saja tetapi juga organisasi-organisasi yang ada saat itu seperti PBNU, Muhamadiyah, Gereja-gereja Kristen yang setelah itu terwakili dengan PGI, Katolik yang setelah itu terwakili dengan KWI, Budha, Hindu dan seterusnya

“Dengan menyadari akan hal ini, dan dengan begitu banyak perubahan di dunia dengan berbagai doktrin, harusnya nilai dasar agama yang Nasionalis Pancasilais dengan semangat Bhineka Tinggal Ika perlu dilindungi dan saling melindungi hingga lestari sebagai penjaga gerbang NKRI,” jelas penerima penghargaan Pemimpin Pancasila tahun 2010.

Dalam kesempatan tersebut, mantan Koordinator Jaringan Pelayanan Alumni Universitas Sam Ratulangi (Jala) Unsrat di Jakarta ini, juga menanyakan pendapat nara sumber tentang bagaimana mendudukkan secara proporsional dan tepat dengan adanya hukum positif dan hukum Agama yang diakomodir oleh sistem hukum di Indonesia.

Khusus kepada Sekum PGI, Gomer Gultom, dia tanyakan juga soal adanya jumlah sinode yang cukup besar 323-an yang baru-baru ini kembali mendapat ijin berdiri dari Kementrian Agama, padahal dulu Tahun 2004 sebagai Pimpinan Partai Damai Sejahtera (PDS) Denny seijin Presiden saat itu Ibu Megawati, meminta kepada Menteri Agama dan Dirjen Bimas Kristen agar di stop dulu memberikan ijin Sinode Baru, dengan pertimbangan bahwa Di dunia ini ada puluhan ribu jenis gereja atau sinode yang berbeda secara organisasi, kalau semua secara bebas diijinkan membuka organisasinya di Indonesia, apakah itu tidak akan mengakibatkan perpecahan baik secara internal maupun eksternal?” sambung Denny mengingatkan.

Sebagai jawaban dari apa yang disampaikan Denny dalam acara itu, sejumlah pertanyaan disampaikan para nara sumber, yakni perlu ada diskusi lanjutan mengenai makna The founding Fathers, kata mayoritas dan minoritas memang tidak perlu terucap kalau konotasinya hanya untuk menunjukkan kelebihan maupun kekurangan secara jumlah, tentang adanya 2 hukum formal, itu sudah diatur dalam undang-undang bahwa dalam setiap perjanjian hal-hal khusus seperti perjanjian dengan bank syariah pada akhirnya harus ada klausal, bahwa kalau terjadi perselisihan maka pengadilan yang dirujuk harus dipilih apakah menggunakan hukum Islam atau hukum positif.

“Sementara untuk jumlah Sinode Gereja yang semakin gemuk, walaupun Sekum PGI katakan bahwa telah bersikap membolehkan penambahan sinode lagi dengan pertimbangan HAM, tapi masih terbuka untuk didiskusikan,” tambah penerima penghargaan Pemimpin Politik Kristen tahun 2011 ini.

Hadir dalam acara diskusi ini beberapa tokoh kebudayaan dan pejabat pemerintahan. Mereka adalah Tokoh Nahdlatul ‘Ulama (NU) dan Ketua Forum Kerukunan umat Beragama (FKUB) Jakarta Prof. Achmad Syafi’i Mufid, Sekretaris Umum PGI Pendeta Gomar Gultom, Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel) Kejaksaan Agung RI Jan Maringka dan Romo Benny Susetyo, Dan Sebagai Moderator adalah Sonya Sinombor Ketua Umum Jaringan Pelayanan Alumni Unsrat / Jala Global (red)

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *