manadonews.co.id
Ajang silaturahmi antar wartawan dalam Press Futsal Competition Wali Kota Cup. yang dilaksanakan Ikatan Wartawan Online (IWO) Manado “tercoreng”.
Ini setelah ada protes dari kontestan turnamen yakni Tim NKRI Bolmong kepada Tim PWI Boltim yang memasukkan pemain yang diduga bukan wartawan.
Padahal, dalam technical meeting sudah ditetapkan semua pemain harus wartawan. Jika kedapatam bukan wartawan, tim yang memainkan di luar wartawan akan didiskualifikasi.
”Kami ini wartawan, apalagi berada di satu daerah dengan Tim PWI Boltim. Jadi, sudah tahu mana yang wartawan dan mana yang tidak. Jadi kami melayangkan protes,” tegas para pemain NKRI Bolmong.
Mendapat protes, akhirnya dilakukan perundingan sekaligus klarifikasi antara keduabtim dengan panitia ditambah pelaksana teknis pertandingan.
Dalam perundingan, pemain yang dicurigai bulakn wartawan namun oleh panitia dinyatakan sah wartawan setelah dicek ke pimpinan media yang bersangkutan. Hanya saja, banyak kejanggalan yang ditemui saat perundingan. Yang paling mencolok adalah pemain yang katanya wartawan tersebut tidak tahu nama media maupun pemimpin redaksinya.
”Ini kan sangat keterlaluan. Harusnya pihak panitia sudah paham jika terjadi seperti itu. Berarti memang ada yang tidak beres,” kata beberapa wartawan yang saat itu bahu selesai pertandingan.
Akhirnya, oleh panitia memutuskan semua pemain Di PWI Boltim adalah wartawan walaupun pihak NKRI Bolmong terlihat kurang puas karena mereka tahu persis mana yang wartawan dan mana yang bukan.
Tak berakhir sampai di situ, protes juga dilayangkan oleh Tim Jurnalis Independen Tomohon (JIT) yang akan menjadi lawan PWI Boltim dalam pertandingan Senin (1/4/2019) terhadap pemain yang diduga bukan wartawan.
Namun, protes JIT ditolak pihak panitia dengan alasan masalahnya sudah selesai seperti saat NKRI Bolmong melayangkan protes.
Yang lebih janggal lagi menurut Yongkie Sumual, Kapten Tim JIT, saat perundingan NKRI Bolmong dengan PWI Boltim, harusnya hanya pihak kedua tim dengan panitia, bukan melibatkan pelaksana teknis pertandingan.
”Kan pelaksana teknis pertandinganhanya mengurus teknis. Dia tidak tahu mana yang wartawan atau mana yang tidak. Dari pengamatan kami selama perundingan, pelaksana teknis pertandingan yang banyak bicara soal wartawan, bukan panitia dari IWO Manado. Ini pelajaran penting bagi panitia-panitia yang melaksanakan kegiatan serupa di waktu mendatang. Harus profesional. Jangan kampungan seperti itu,” Yongki Sumual didampingi Robby Lumi, Jeackry Lumansik, Ino Toar, Revelino Tumakaka dan Jimry Lagimbana serta anggota Tim JIT lainnya. (robby lumi)