MANADO,Manadonews.co.id-.Aksi bisu menuntut Keringanan uang kuliah oleh Mahasiswa residence, Calon dokter Fakultas kedokteran Unsrat Senin 20 Juli lalu di depan pintu masuk kampus Unsrat, saat ini ramai diperbincangkan.
Pihak Fakultas Kedokteran Unsrat berharap Mendikbud memperhatikan nasib mahasiswa S2 Residence, karna saat ini kurang lebih 500 dokter muda yang mengambil pendidikan spesialis adalah garda terdepan dalam menangani Covid-19 di Sulut.
Aksi unjuk rasa bisu yang dilakukan para calon dokter Senin kemarin, membuat pihak Unsrat memberikan klarifikasi.
Pihak Unsrat melalui Fakultas Kedokteran memberikan klarifikasi atas aksi mahasiswa residence yang menuntut pengurangan UKT dan memberi dispensasi waktu pembayaran dan menunda biaya pendidikan dokter di Unsrat yang merupakan termahal di Indonesia.
Mereka juga menuntut pihak rektorat memberikan dispensasi waktu pengurangan UKT sebesar 24 Juta Rupiah persemester yang akan jatuh tempo 26 Juli mendatang.
Menurut Wakil dekan III Bidang Kemahasiswaan dan alumni Faked Unsrat dr Frans Wantania, memberikan klarifikasi terkait aksi tersebut rabu malam (22/7)
Ia membantah jika Faked Unsrat memasang tarif 24 Juta rupiah per semester adalah yang tertinggi di Indonesia. Tak hanya itu , menurutnya kebijakan pengurangan uang kuliah mahasiswa S2 merupakan kewenangan Kemendikbud.
“Kami berharap agar Mendikbud Nadiem Makarim dapat memberikan bantuan keringanan pembayaran Uang semester Mahasiswa S2 yang saat ini terdampak Covid -19 di Sulut,” ujar Wantania.
Para dokter muda ini terancam cuti melakukan praktek di rumah sakit apabila tidak membayar UKT , sementara mereka adalah garda terdepan yang saat ini menangani pasien Covid-19 di Sulut khusus yang melakukan praktek di RSUP Kandou Manado tanpa menerima imbalan apapun.
(Ben)