Manado – African Swine Fever (ASF) adalah penyakit pada babi yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100%. Kondisi yang tentunya mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Virus ASF sangat tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap disinfektan.
Di Indonesia, penyebaran penyakit ini terakhir menyerang Sulawesi Tengah (Sulteng), tetangga Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Utara (Sulut).
Informasi diterima dari anggota DPRD Sulut, Ir. Julius Jems Tuuk, meneruskan pengaduan dari Asosiasi Peternak Babi Sulawesi Utara (APBS), bahwa pada Kamis, 18 Mei 2023, Polsek Posigadan di Kabupaten Bolmong Selatan (Bolsel) mengamankan sejumlah mobil yang mengangkut ternak, diduga ternak babi dari luar Sulut yang terinfeksi virus ASF.
Ditemukan di daerah perbatasan namun tidak dimusnakan karena kendala Kabupaten Bolsel dan Bolmut tidak memiliki lokasi pemusnahan dan tidak punya anggaran pemusnahan, akhirnya babi bisa lolos masuk wilayah Sulut.
“Polsek Posigadan sudah dikeluarkan, dikembalikan ke daerah asal babi oleh dinas terkait akan tetapi mereka tidak kembali melainkan mencari jalan masuk lagi ke Sulut dan informasi sudah lolos ke Sulut,” jelas Jems Tuuk kepada wartawan Manadonews melalui pesan tertulis, Sabtu (20/5/2023).
Sehingga, menurut Jems Tuuk, Asosiasi Peternak Babi Sulawesi Utara (APBS) menyampaikan laporan kepada Gubernur, Kapolda dan Ketua DPRD Sulut.
Selengkapnya ini surat terbuka APBS:
Kepada Yth,
Gubernur Sulawesi Utara
Kapolda Sulawesi Utara
Ketua Dewan Propinsi Sulawesi Utara
Dengan Hormat,
Bersama Surat ini kami dari sangat mengharapkan bantuan dari Bapak Gubernur, Bapak Kapolda dan Bapak Ketua Dewan Sulawesi utara terkait dengan Masalah ASF (African Swine Fever) saat ini sudah mewabah di seluruh Indonesia Kecuali Sulawesi Utara.
Dimana Dampak dari Virus ASF ini mengakibatkan Kematian Ternak Babi 100% sehingga mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi pelaku usaha ternak babi di dalamnya ada petani jagung, petani padi, toko pakan, tukang potong, PAD Pasar dan masih banyak lagi, karena Sulut merupakan Propinsi Pengirim Daging Babi terbesar ke 2 se Indonesia.
Dan hal ini juga merupakan sumber PAD yang cukup besar saat ini karena satu satunya Daerah penghasil daging babi yang aman Hanya SULUT sehingga daging babi SULUT bisa diterima di seluruh Indonesia.
Dan ini merupakan komoditi unggulan Sulawesi Utara (data Kementrian Pertanian tahun 2021)
Untuk mencegah agar supaya Virus ini tidak masuk ke Sulut kami APBS sangat intens sosialisasi ke pelaku usaha ternak babi bersama dinas terkait dalam hal ini Dinas pertanian . Namun ada beberapa kendala yang kami alami dimana Lalu lintas Ternak Babi dari daerah yang terkena Virus (Sulteng) masih bebas masuk ke Sulut dengan berbagai cara.
Dan ini sudah kami sampaikan ke Dinas terkait namun terkendala di dana Operational penjagaan dan Lokasi pemusnahan di wilayah perbatasan sehingga kemungkinan besar Virus ini sudah masuk ke sulut di beberapa lokasi.
Untuk itu kami mewakili Pelaku Usaha Ternak Babi Sulut mengharapkan bantuan dari bapak Gubernur, Bapak Kapolda dan Bapak Ketua Dewan Propinsi Sulawesi Utara kiranya bisa membantu kami peternak babi Sulut untuk bisa terhindar dari penyakit ASF yang sangat merugikan kami semua dan bisa menyebabkan Inflasi dan ketahanan pangan pokok Sulawesi Utara, lewat penegasan penjagaan Perbatasan dan Lokasi pemusnahan ternak babi dari daerah luar yang di temukan hal ini sudah kejadian
Demikian Permohonan kami, sekiranya lewat surat ini kami pelaku usaha Ternak babi Sulut bisa bebas ASF.
Sulut sedikit lagi akan berkabung terancam Virus ASF untuk dunia ternak babi pk karena mobil yg muat babi kemari SDH lolos ke sulut.
“Saya berharap laporan dari asosiasi peternak babi ini, bisa ditindaklanjuti aparat kepolisian dan pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi Utara,” tukas Jems Tuuk.
(JerryPalohoon)