Manado – Ada yang menarik dalam 3 bukan terakhir terkait Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Propinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Dalam rentang waktu yang relatif pendek ini telah ada 12 Profesor dari UGM yang “menyambangi” Sulut, 2 Profesor pada sekitar Agustus dan 10 Profesor dari Dewan Guru Besar (DGB) UGM pada awal sampai pertengahan Oktober 2023.
“Benar, sudah 12 Guru Besar atau Profesor dari UGM yang datang ke Sulut. Ada 2 Profesor datang di bulan Juli – Agustus 2023 terkait program Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa UGM di Sulut, dan terakhir di Oktober 2023, 10 Profesor dari Dewan Guru Besar (DGB) UGM datang selama sekitar 9 hari di Sulut terkait Sustainabel Development Goals (SDGs) dalam program Profesors Go To Frontiers. Bahkan akan ada 1 atau 2 Profesor lagi yang akan datang ke Sulut, mereka sudah menghubungi saya terkait kedatangan bulan ini atau bulan depan,” jelas Ketua Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) Kota Manado, Taufik M Tumbelaka kepada wartawan di Manado, Rabu (18/10/2023).
Tumbelaka melihat ada sejumlah pihak dianggap gagal memanfaatkan secara maksimal kedatangan para Profesor dari UGM Yogyakarta.
“Saya melihat beberap pihak, dalam hal ini beberapa oknum pejabat termasuk dalam jajaran Pemerintah Daerah tidak atau gagal memanfaatkan secara maksimal kedatangan para Profesor UGM. Bahkan yang terakhir yang datang 10 Profesor dari DGB UGM. Seharusnya dimanfaatkan dalam bentuk peluang kerja sama untuk memperkuat dan mengangkat lebih tinggi nama Sulut terutama dalam hal potensi SDM dan juga SDA di Sulut,” tambah Tumbelaka yang juga Analis Politik dan Pemerintahan Sulut.
Tumbelaka berharap, ke depannya jika ada kunjungan-kunjungan seperti itu dapat dimanfaatkan dengan jeli oleh para pejabat di Sulut.
“Ke depan harapan saya adalah jika ada kunjungan seperti itu yang termasuk kategori kunjungan langka, maka para Pemangku Kebijakan di Sulut dapat lebih jeli dan peka guna memanfaatkannya. Sulut dengan segala capaian kesuksesannya, tetap harus terus memperkuat jaringan kerja dengan pihak-pihak luar, termasuk kampus-kampus seperti UGM Yogyakarta misalnya,” harap Taufik Tumbelaka yang merupakan alumni Fisipol UGM angkatan 1986/1987. (***/Jrp)