Manado – Program hilirisasi nikel oleh pemerintahan Presiden Joko (Widodo) lebih menguntungkan China dibandingkan Indonesia.
Hal ini dikatakan pakar ekonomi Faisal Basri dalam diskusi di Guru Gembul Chanel, pekan ini.
“Yang masuk sekarang hilirisasi 90 persen peranannya China, dan kenikmatan yang dihasilkan lari ke China,” kata Faisal Basri.
Disinggung soal Presiden Jokowi yang pernah mengatakan keuntungan tambang nikel sebelum hilirisasi hanya sekitar 17 triliun rupiah, dan sesudah hilirisasi mencapai 500 lebih triliun rupiah, Faisal Basri justru menyebutkan Jokowi pura-pura tidak tahu.
“Saya yakin presiden tahu tapi pura-pura tidak tahu. Dia kan pengusaha meubel, dia tahu mengolah kayu menjadi meubel menghasilkan nilai tambah (contoh).
“Nah, smelter nikel juga begitu, biji nikel diolah di smelter menjadi feronikel paling banyak, ada juga NPI yang lebih kasar dan lainnya. Tapi sebagian besar feronikel yang drajat hilirisasi baru 25 persenan,” terang Basri dalam diskusi dengan topik ‘hilirisasi nikel adalah pembohongan publik’.
Ia melanjutkan, UUD 1945 mengatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
“Yang dimaksud pak Jokowi itu, cuan Indonesia menjadi 540 triliun itu adalah nilai eksport oleh perusahaan smelter yang hampir 100 persen dari negara China. Uang hasil eksport ke China kan.
Hilirisasi 90 persen lebih dilakukan oleh China,” tukas Faisal Basri. (JerryPalohoon)