Manado, manadonews.co.id – Starlink adalah layanan internet berbasis satelit yang dikembangkan oleh SpaceX, bertujuan menyediakan akses internet ke daerah-daerah terpencil dan sulit dijangkau.
Masuk ke Indonesia dibawa langsung oleh foundernya Elon Musk, pada acara World Water Forum ke-10, di Bali International Convention Center (BICC), Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Senin (20/5/2024).
Namun, di balik berbagai manfaat yang ditawarkannya, Starlink juga menimbulkan beberapa dampak negatif yang perlu diperhatikan. Berikut adalah beberapa dampak negatif dari produk satelit Starlink yang relevan dalam konteks sosial, lingkungan, dan ilmiah.
1. Polusi Orbit dan Risiko Tabrakan
Salah satu masalah paling menonjol dari peluncuran ribuan satelit Starlink adalah peningkatan polusi di orbit Bumi. Jumlah satelit yang luar biasa besar ini meningkatkan risiko tabrakan antara satelit, yang bisa menyebabkan efek berantai atau dikenal sebagai Kessler syndrome.
Jika satelit-satelit mulai bertabrakan, mereka dapat menghasilkan puing-puing yang membahayakan satelit lain, misi luar angkasa, dan bahkan astronot yang beroperasi di orbit rendah Bumi.
2. Gangguan pada Pengamatan Astronomi
Astronom telah mengungkapkan kekhawatiran serius terkait dampak satelit Starlink pada observasi ruang angkasa.
Banyak teleskop berbasis darat terganggu oleh lintasan cahaya yang ditimbulkan oleh satelit ini, terutama saat malam hari.
Satelit ini memantulkan sinar matahari, yang menyebabkan garis-garis terang pada gambar astronomi, sehingga mengurangi kemampuan ilmuwan untuk mengamati benda langit dan fenomena alam semesta secara akurat.
3. Peningkatan Polusi Cahaya
Selain mengganggu observasi astronomi, satelit-satelit Starlink juga berkontribusi pada polusi cahaya di Bumi.
Cahaya yang dipantulkan oleh satelit ini dapat mempengaruhi kualitas langit malam di berbagai wilayah di dunia, mengurangi kemampuan masyarakat umum dan komunitas ilmiah untuk menikmati pemandangan langit yang jernih dan alami.
4. Dampak pada Spesies Satwa Liar
Dampak tidak langsung dari Starlink juga bisa dirasakan oleh spesies satwa liar, terutama yang sensitif terhadap gangguan elektromagnetik dan perubahan cahaya di langit.
Beberapa spesies burung, misalnya, menggunakan medan elektromagnetik untuk bernavigasi selama migrasi.
Sinyal dari ribuan satelit ini berpotensi mengganggu jalur navigasi alami mereka, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami dampaknya secara mendalam tapi ini merupakan hal yang serius.
5. Potensi Monopoli dan Ketergantungan Teknologi
Starlink, dengan kemampuannya yang unik dan jangkauan global, berpotensi memonopoli pasar internet satelit, terutama di daerah-daerah terpencil yang tidak memiliki infrastruktur internet lainnya.
Monopoli semacam ini dapat menciptakan ketergantungan yang tinggi terhadap satu entitas perusahaan, yang bisa mempengaruhi harga dan aksesibilitas layanan di masa depan.
Selain itu, penyebaran teknologi ini bisa memperlebar kesenjangan digital antara daerah yang bergantung pada Starlink dan mereka yang memiliki opsi infrastruktur yang lebih luas.
6. Isu Keamanan dan Privasi
Dengan semakin banyaknya satelit yang beroperasi, isu keamanan dan privasi juga menjadi perhatian.
Satelit-satelit ini dapat digunakan untuk pengumpulan data dalam skala besar, yang mungkin dimanfaatkan untuk tujuan komersial atau bahkan pengawasan.
Selain itu, risiko peretasan terhadap sistem satelit bisa menyebabkan pelanggaran privasi atau bahkan serangan terhadap infrastruktur vital.
Meskipun Starlink menawarkan banyak manfaat, terutama dalam memperluas akses internet ke wilayah-wilayah terpencil, dampak negatif yang dihasilkan tidak bisa diabaikan.
Polusi orbit, gangguan astronomi, potensi bahaya bagi satwa liar, serta isu keamanan dan privasi menjadi tantangan serius yang perlu ditangani.
Untuk itu, perlu adanya regulasi dan upaya mitigasi yang ketat guna mengurangi dampak buruk dari pengoperasian satelit-satelit ini, tanpa mengorbankan kemajuan teknologi yang dihadirkannya.