Berita TerbaruBerita UtamaSulawesi Utara

Melawan Lupa! 4 April 1961 Permesta Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi, Ini Runutan Peristiwa

×

Melawan Lupa! 4 April 1961 Permesta Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi, Ini Runutan Peristiwa

Sebarkan artikel ini

Manado – Peristiwa Permesta yang terjadi pada akhir 1950-an sampai awal 1960-an merupakan bagian perjalanan sejarah Indonesia, terlebih khusus Sulawesi Utara berakhir melalui 3 bagian upaya penyelesaian, salah satunya penyelesaian yang dikenal dengan nama, ‘Permesta Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi’.

Dalam peristiwa ini, tercatat terjadi penerimaan pasukan Permesta dari AE Kawilarang, DJ Somba dan kawan-kawan oleh Pangdam Brigjen Soenandar Pridjosoedarmo di lapangan antara Lopana – Malenos (sekarang Malenos Baru, Minahasa Selatan), Selasa, 4 April 1961.

MANTOS MANTOS

Upaya proses perdamaian menuju 4 April 1961 berawal dari pertemuan informal antara Panglima Brawijaya, Kolonel Soerachman dengan FJ Tumbelaka (Broer) pada Oktober 1959 di kediaman Kolonel Soerachman, Jalan Ijen Nomer 44, Malang – Jawa Timur.

Menurut catatan ‘Laporan Penyelesaian Peristiwa Permesta’ dari FJ Broer Tumbelaka yang dibuat 8 April 1961, terjadi beberapa peristiwa di antaranya:

Pertengahan Oktober 1959

Pertemuan antara Kolonel Soerachman (Panglima Brawijaya) dengan FJ Tumbelaka (Broer) di Jalan Ijen Nomer 44, Malang – Jawa Timur, lahirlah rencana untuk memanggil pihak Permesta kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Beberapa hari kemudian rencana tersebut dibicarakan dengan Overste (sekarang Letnan Kolonel) Soetarto yang merupakan Asisten I / Brawijaya dan Overste Soenarjadi saat itu sebagai Kepala Staf Brawijaya yang menurut rencana akan mengganti Overste Moersjid sebagai Komandan Komando Operasi Merdeka.

21 November 1959

Pembicaraan FJ Tumbelaka dengan Panglima Brawijaya Kolonel Soerachman, Overste Soetarto dan Overste Soenarjadi yang baru kembali dari Manado.

Dalam pertemuan ini, Overste Soenarjadi memberikan laporan tentang situasi di daerah Sulawesi Utara dan Tengah. Diputuskan bersama, bahwa FJ Tumbelaka perlu berangkat ke Manado setelah timbang terima Komandan Komando Operasi Merdeka antara Overste Soenarjadi dan Overste Mursjid.

5 Januari 1960

FJ Tumbelaka berangkat ke Manado. Setelah tiba di Manado, diadakan pembicaraan FJ Tumbelaka dengan Komandan Komando Operasi Merdeka Overste Soenarjadi dan Asisten I, Kapten Aris M. Diputuskan, FJ Tumbelaka akan mengadakan orientasi seperlunya untuk menetapkan rencana usaha selanjutnya.

Setelah mengadakan orientasi secukupnya, maka dicari seorang kurir yang dapat menghubungi DJ Somba (salah satu tokoh utama Permesta). Dengan perantaraan Mayor Lalu dan Letnan Theo Lucas diperoleh seorang kurir yang bernama SH Ticoalu (Tjame).

Pada 4 Februari 1960, kurir tersebut berangkat dari Manado dengan membawa sepucuk surat dari FJ Tumbelaka untuk disampaikan kepada DJ Somba.

26 Februari 1960

Tjame Ticoalu kembali dengan membawa surat balasan dari DJ Somba.

15 Maret 1960

Pukul 16: 35 WITA, untuk pertama kalinya bertemu dengan DJ Somba di Matungkas (sekarang Minahasa Utara) di kediaman keluarga Polii.

Baca Juga:  Babe Kabasaran Segera Polisikan PT. Universal Eco Pasific, Karena Tebar Virus di Gudang dan Jalan Umum

Adapun hasil pertemuan:

1. Pihak Permesta bersedia mengadakan penyelesaian.

2. Pertemuan berikut ditetapkan pada 1 Mei 1960. DJ Somba akan memanggil beberapa Komandan bawahannya. Di dalam pertemuan ini disampaikan pula kepada DJ Somba, bahwa meskipun diadakan usaha-usaha ke arah penyelesaian, tetapi operasi-operasi militer dilancarkan terus.

Setelah mengadakan hubungan dengan Kolonel Soerachman, 14 April 1960, FJ Tumbelaka melaporkan hasil pertemuan di Matungkas kepada MKN/Kasad, Jenderal AH Nasution di Jakarta.

Berhubung pengangkatan FJ Tumbelaka sebagai Wakil Gubernur Sulawesi Utara Tengah (Sulutteng) yang diberi tugas khusus untuk urusan keamanan pada 20 Mei 1960, maka pertemuan kedua dengan DJ Somba tidak dapat diadakan pada waktunya (pasca pertemuan Matungkas, lahir provinsi baru, Sulutteng, sebagai pemekaran dari Provinsi Sulawesi).

31 Mei 1960

FJ Tumbelaka mengucapkan pidato radio (RRI) yang ditujukan kepada pihak Permesta.

Pertengahan Juli 1960

Tjame Ticoalu berangkat lagi untuk menghubungi DJ Somba.

9 Agustus 1960

Diadakan pertemuan kedua dengan DJ Somba, Abe Mantiri dan Wim Tenges di Popareng, Teluk Amurang (sekarang Minahasa Selatan).

Pertemuan pada malam hari, FJ Tumbelaka datang melalui kapal yang berlabuh di lepas pantai dan dijemput oleh pihak Permesta dengan perahu.

Adapun hasil pertemuan tersebut:

1. Telah timbul pengertian lebih baik tentang perkembangan dalam negeri.

2. Politik tidak dipersoalkan lagi.

3. DJ Somba meminta rencana penyaluran untuk anggota Permesta.

Diketahui, ketika pertemuan di Popareng, FJ Tumbelaka telah menjadi Wakil Gubernur Sulawesi Utara dan Tengah.

Selanjutnya, hasil pertemuan Popareng dilaporkan kepada MKN/Kasad, Jenderal AH Nasution pada 11 dan 12 Agustus 1960 sewaktu mengadakan inspeksi di Manado.

6 Oktober 1960

Diadakan rapat di Tretes, JawaTimur dihadiri Brigjen Ahmad Yani, Kolonel Soerachman, Kolonel Soenandar Pridjosoedarmo (kala itu masih Kepala Staf KOANDA – Kalimantan), Kolonel Kartidjo, Overste. Dr Soemantri dari SUAD – I, Overste Soetarto dan FJ Tumbelaka.

Di rapat tersebut ditetapkan garis-garis besar tentang penyaluran anggota Permesta.

9 Oktober 1960

FJ Tumbelaka dan Overste Soetarto berangkat ke Manado dengan sebuah pesawat bomber dari AURI (TNI AU).

13 Oktober 1960

Pertemuan ketiga dengan DJ Somba dan Abe Mantiri di Lahendong, Tomohon.

Pada pertemuan ini FJ Tumbelaka menyampaikan “rencana penyaluran” untuk anggota Permesta. DJ Somba meminta waktu untuk mempelajari rencana tersebut.

25 Oktober 1960

Hasil pertemuan ketiga dilaporkan kepada MKN/Kasad, Jenderal AH Nasution di Jakarta.

17 Desember 1960

Pertemuan keempat dengan Abe Mantiri dan Arie Supit di sekitar Malenos, Amurang.

Dalam pertemuan ini pihak Permesta menyampaikan beberapa amandemen atas “rencana penyaluran” dan dibicarakan pula prosedur pelaksanaan penyelesaian.

Baca Juga:  Dandim Bitung Dampingi Danrem 131/Santiago Panen Jagung Perdana di Desa Kema

Adapun prosedur penyelesaian, seruan MKN/Kasad, penandatanganan pernyataan oleh pihak Permesta, penghentian tembak-menembak dan permusuhan, penentuan rayon-rayon, serta inspeksi MKN/Kasad.

27 dan 28 Desember 1960

Hasil pertemuan keempat, dilaporkan oleh FJ Tumbelaka kepada Ir Djuanda, MKN/Kasad dan Brigjen Ahmad Yani.

12 Februari 1961

Pertemuan kelima FJ Tumbelaka dengan DJ Somba, Abe Mantiri dan Lendy Tumbelaka di sekitar Malenos.

Dalam “rencana penyaluran” yang dalam garis besarnya disetujui, masih perlu penjelasan. DJ Somba meminta waktu untuk menyampaikan keputusannya kepada komandan-komandan bawahannya.

27 Februari 1961

Pertemuan keenam FJ Tumbelaka dengan Abe Mantiri dan Lendy Tumbelaka. Mereka menjelaskan tentang kesulitan dan kesukaran intern dan mengharapkan kesabaran, pengertian dan kebijaksanaan pihak pemerintah.

20 Maret 1961

Pertemuan ketujuh FJ Tumbelaka dengan AE Kawilarang, Abe Mantiri dan Lendy Tumbelaka di Maliku. AE Kawilarang memerintahkan kepada Abe Mantiri dan Lendy Tumbelaka untuk menandatangani surat-surat yang dianggap perlu dalam penyelesaian ini, karena DJ Somba belum kembali dari perjalanan ke Minahasa Selatan.

Dalam pertemuan ini telah dibuat pula konsep ‘Pernyataan Penyelesaian’.

21 Maret 1961

Di gereja Malenos, Pernyataan Penyelesaian tersebut di paraf oleh FJ Tumbelaka di satu pihak, dan oleh Abe Mantiri serta Lendy Tumbelaka di lain pihak. Ditetapkan pula bahwa upacara penandatanganan Pernyataan Penyelesaian akan dilangsungkan 4 April 1961.

1 April 1961

Diadakan pertemuan kesembilan di Malenos untuk menetapkan tata upacara penandatanganan Pernyataan Penyelesaian.

Hadir FJ Tumbelaka dan Kapten Aris M dari Kodam di satu pihak, serta Lendy Tumbelaka dan Wim Tenges di pihak lain.

3 April 1960

Pertemuan terakhir (ke-10) di Ritei antara FJ Tumbelaka dengan DJ Somba, Abe Mantiri, Lendy Tumbelaka dan Wim Tenges tentang Upacara yang akan dilangsungkan 4 April 1961.

4 April 1961

Upacara Pernyataan Penyelesaian peristiwa Permesta ditandatangani DJ Somba.

Hadir, Pangdam Brigjen Soenandar dan jajaran, serta DJ Somba dan jajarannya. Pangdam menerima defile pasukan Permesta

Setelah upacara 4 April 1961 di antara Malenos dan Lopana (sekarang Malenos Baru, Minahasa Selatan), dirangkaikan dengan Upacara di Woloan, Tomohon, yang dihadiri Mayjen Hidayat Martaatmaja dan Brigjend Ahmad Yani, lalu Upacara di Papakelan Tondano dihadiri MKN/Kasad, Jenderal AH Nasution.

Catatan dari DJ Somba, 25.000 personel Permesta dengan sekitar 7000 pucuk senjata yang ikut penyelesaian 4 April 1961 atau Permesta kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi.

(Dari berbagai sumber dan catatan FJ Tumbelaka)

 

Yuk! baca berita menarik lainnya dari MANADO NEWS di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru

BOALEMO,MANADONEWS.CO.ID- Kodim 1316/Boalemo terus menunjukkan komitmennya dalam membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kali ini, wujud kepedulian tersebut diimplementasikan melalui pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) milik Krismunandar Potale, salah seorang warga…

PG99

PG99

PG99

PG99