MANADO,MANADONEWS.CO.ID- Film layar lebar yang mengisahkan perjalanan hidup Jenderal TNI Agus Subiyanto dengan judul “Believe” – Takdir-Mimpi-Keberanian diputar secara serentak di satuan jajaran Kodam XIII/Merdeka, termasuk Korem 131/Santiago dalam acara nonton bareng (nobar) di Manado Town Square (Mantos) 3 XXI Studio 2, Kota Manado, Sabtu (5/7/2025).
Kegiatan yang diikuti oleh keluarga besar Korem 131/Santiago bersama berbagai elemen masyarakat kota Manado tersebut, menunjukkan antusiasme tinggi dalam upaya membangun semangat kebangsaan, nasionalisme dan mempererat tali silaturahmi.
Film produksi Bahagia Tanpa Drama ini merupakan kisah nyata perjalanan hidup Jenderal TNI Agus Subiyanto, dengan menyuguhkan ketegangan medan tempur. Selain itu film Believe juga menyentuh sisi emosional perjuangan keluarga prajurit, keteguhan hati, kehilangan, dan pengorbanan.
Danrem 131/Santiago Brigjen TNI Martin Susilo Martopo Turnip melalui Kasiter Kasrem 131/Santiago Kolonel Inf Lucky Sonny Maramis menyampaikan bahwa film Believe ini mengambil latar belakang perjuangan prajurit Indonesia dalam Operasi Seroja tahun 1975 hingga 1999.
“Film Believe ini tidak hanya menampilkan ketegangan di medan pertempuran, tapi juga merefleksikan realitas hidup sebagai keluarga prajurit dan penantian orang yang dicintai,” ujarnya.
Dia juga menekankan pentingnya mendukung karya film nasional yang berkualitas. Menurutnya, film seperti Believe merupakan medium seni dan budaya yang dapat membangkitkan semangat kebangsaan dan daya juang masyarakat, khususnya generasi muda.
“Dukungan terhadap film nasional seperti ini adalah bentuk nyata kecintaan terhadap tanah air. Film ini mengajarkan kita untuk tidak menyerah dalam meraih mimpi, dan bahwa perjuangan selalu membutuhkan keberanian serta nilai-nilai luhur dalam kehidupan,” tandasnya.
Untuk diketahui, film Believe yang akan tayang serentak di bioskop-bioskop seluruh Indonesia mulai 24 Juli 2025 menceritakan Agus (diperankan Ajil Ditto) tumbuh dalam bayang-bayang sang ayah Serka Dedi (Wafda Saifan) seorang prajurit yang bertempur dalam Operasi Seroja tahun 1975. Meski Dedi telah banyak berkorban, pengabdiannya justru berdampak buruk bagi kehidupan pribadinya.
Kecemasan dan ketidakpastian membuat Ibu Agus (Yoriko Angeline) pergi, meninggalkan jejak kesepian dan amarah di hati Agus kecil. Agus memasuki masa remaja di era 1984 menjadi pemuda yang kerap terlibat perkelahian. Bahkan Ia kehilangan arah dan terjebak dalam bayang masa lalu.
Hingga suatu hari, kematian sang ayah justru menyingkap kisah-kisah keberanian dan pengorbanan ayahnya di medan perang, Agus mulai mengenal sosok ayahnya dengan cara yang berbeda. Agus kemudian terinspirasi oleh keberanian dan pengorbanan yang selama ini tak dia pahami, dan membuat Dia mengambil keputusan besar menjadi seorang prajurit.
Akan tetapi, jalan menuju medan perang tak semudah yang dibayangkannya. Dengan tekad penuh, Agus menghadapi penolakan, kegagalan, dan rasa takut akan bayang-bayang masa lalu yang terus menghantuinya.
Di tengah gejolak konflik, takdir mempertemukannya dengan Miro (Marthino Lio), pemimpin separatis yang dahulu menjadi musuh ayahnya. Kini, di tengah kobaran perang dan dilema pribadi, Agus muda harus bergulat dengan identitasnya sebagai prajurit.
Pengorbanan keluarga yang ia tinggalkan, serta tanggung jawab besar melindungi anak buahnya dan warga sipil yang tak bersalah. Perlahan, dibalik dentuman peluru dan kabut pertempuran, Agus mulai memahami arti keberanian dan jejak pengorbanan sang ayah yang selama ini tak pernah diceritakan padanya. Namun di medan perang, tak semua pertarungan bisa dimenangkan dengan senjata.
Melalui kegiatan ini, Korem 131/Santiago mengimbau masyarakat untuk turut menyebarluaskan informasi ini sebagai bentuk dukungan terhadap industri film dalam negeri dan upaya menumbuhkan rasa nasionalisme melalui karya positif. (*/Regwilnnlhy)
