Manado, MN – Di tengah derasnya arus informasi yang kerap membanjiri ruang digital anak muda, sekelompok pemuda Sulawesi Utara mencoba menyalakan lilin kecil bernama literasi.
Kamis, 25 September 2025, aula SMA Negeri 1 Manado dipenuhi semangat berbeda: membaca bukan lagi sekadar tugas sekolah, melainkan gerakan bersama.
Ikatan Putra Putri Literasi Sulawesi Utara (IPPLSU), di bawah komando Standisius Bara Prima M.I.Kom, menggelar kampanye literasi dengan menggandeng puluhan siswa.
Mereka bukan sekadar mengajak membaca, tetapi juga membangun pojok baca, mendonasikan buku, dan merawat harapan: agar generasi muda Sulut mampu menjadi penyaring di tengah “obesitas informasi” yang kian mengkhawatirkan.
“Pintu masuk literasi adalah membaca dan menulis. Lebih dari itu, literasi adalah kecakapan hidup,” ujar Faradila Bachmid, Duta Baca Sulut. Kalimatnya disambut tepuk tangan para siswa.
Ia menambahkan, buku adalah jembatan lintas generasi yang menghubungkan gagasan besar, mimpi, hingga pengalaman manusia.
Bagi Bara, gerakan ini bukan sekadar kegiatan seremonial. Ia menyebutnya sebagai langkah strategis yang sejalan dengan visi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara: maju, sejahtera, berkelanjutan.
“Indeks literasi yang tinggi akan mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Manusia. Bonus demografi 2045 hanya bisa dimenangkan dengan generasi yang kritis dan cerdas bermedia,” katanya.
Tak ada kemewahan dalam acara itu. Hanya 40-an peserta, beberapa rak buku, dan segenggam idealisme. Namun, dari ruang sederhana itulah IPPLSU memancang mimpi besar: menjadikan literasi sebagai oase ilmu pengetahuan di tengah gurun informasi yang sering menyesatkan.
“Teruslah membaca, teruslah berkarya, dan teruslah berprestasi,” pesan Faradila kepada para siswa. Sebuah kalimat sederhana, tapi bisa jadi bekal paling berharga untuk masa depan Sulawesi Utara.(tim)