AgamaNusa UtaraSangiheSulawesi Utara

Kesembuhan yang Lahir dari Meja Ekaristi, Saat Kasih Menyentuh yang Terluka

×

Kesembuhan yang Lahir dari Meja Ekaristi, Saat Kasih Menyentuh yang Terluka

Sebarkan artikel ini
Jacob adilang
Pastor Jacob Adilang, Pr - Pastor Paroki Santo Yohanes Rasul Tahuna

Oleh: Pastor Jacob Adilang, Pr

(Homili pada Perayaan Ekaristi dan Penerimaan Komuni Pertama, Gereja Katolik Santo Yohanes Rasul Tahuna, Minggu, 12 Oktober 2025)

MANTOS MANTOS

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

dalam perjalanan hidup ini, banyak orang mencari kesembuhan dari sakit fisik, dari luka batin, bahkan dari relasi yang retak. Namun, sering kali kita tidak menyadari bahwa kesembuhan sejati tidak hanya terjadi di tubuh, melainkan di hati yang mampu menerima kasih Allah dengan rendah hati.

Pada zaman Yesus, orang-orang Yahudi memandang penyakit sebagai tanda hukuman Tuhan. Siapa yang sakit dianggap telah berdosa, dan karena itu harus dijauhkan dari komunitas. Pandangan ini sungguh menyakitkan sebab selain menanggung penderitaan fisik, orang sakit juga harus memikul beban sosial dan batin karena dikucilkan.

Tetapi Yesus datang untuk merombak cara pandang itu. Ia tidak memandang penyakit sebagai kutukan, melainkan sebagai kesempatan bagi kasih Allah untuk bekerja. Ia mendekati yang dihindari, menyentuh yang dikucilkan, dan memulihkan yang dianggap tidak layak. Di mata Yesus, setiap manusia berharga dan layak disembuhkan bukan karena kesempurnaan, tetapi karena kasih Allah yang tak terbatas.

Ekaristi adalah tanda terbesar kasih Allah. Dalam perayaan ini, kita tidak hanya mengenang pengorbanan Yesus di salib, tetapi juga berpartisipasi dalam hidup-Nya yang penuh kasih, pengampunan, dan pelayanan.

Di meja Ekaristi, semua perbedaan lenyap. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, karena semua duduk dalam satu meja kasih Kristus.

Baca Juga:  Kapaldam Merdeka Pimpin Korp Laporan Pindah Satuan Perwira

Setiap kali kita datang menerima Komuni Kudus, kita membawah seluruh diri kita kelemahan, luka, dan kegelisahan untuk disembuhkan dalam kasih Tuhan. Tubuh dan Darah Kristus yang kita sambut bukan sekadar simbol, tetapi kekuatan rohani yang memulihkan dan memperbarui hidup kita.

“Kesembuhan sejati tidak hanya menyentuh tubuh, tetapi juga memulihkan hati dan relasi kita dengan Tuhan serta sesama,” jelasnya.

Dalam Ekaristi, Yesus memberikan diri-Nya seutuhnya. Itulah makna pemberian sejati. Ia tidak memberi sebagian, tetapi seluruh hidup-Nya bagi keselamatan dunia. Maka, kita pun diajak untuk meneladani semangat itu memberi bukan dari sisa, melainkan dari hati yang penuh kasih.

Pemberian yang lahir dari cinta selalu memiliki nilai, meskipun tampak kecil. Kadang kita berpikir bahwa pelayanan yang besar harus dilakukan dengan hal besar pula. Padahal, Yesus memuji janda miskin yang memberi dua peser karena ia memberi dari kekurangannya.

Demikian pula, dalam kehidupan sehari-hari, perhatian kecil, sapaan hangat, waktu untuk mendengarkan, atau membantu yang menderita semuanya adalah bentuk nyata dari Ekaristi yang hidup.

Ekaristi yang kita rayakan setiap Minggu tidak berhenti di altar. Ia harus berlanjut di jalan-jalan kehidupan. Setelah menerima Kristus dalam Komuni Kudus, kita diutus untuk menjadi saksi kasih dan pembawa damai bagi sesama.

Ketika kita keluar dari gereja, seharusnya dunia dapat melihat Kristus melalui sikap kita dalam cara kita berbagi, mengampuni, dan peduli pada yang menderita.

Baca Juga:  Koramil Tuminting Bagikan Bendera Merah Putih ke Warga

“Ekaristi bukan hanya dirayakan, tetapi dihidupi lewat perhatian, pelayanan, dan kepedulian terhadap sesama,” tegasnya lagi.

Maka, setiap tindakan kasih yang kita lakukan adalah perpanjangan dari kasih Kristus sendiri. Di situlah kita menjadi tangan yang menyembuhkan, mata yang melihat dengan belas kasih, dan hati yang memahami tanpa menghakimi.

Hari ini, kita bersyukur atas anak-anak dan umat yang menerima Komuni Pertama. Ini bukan akhir dari perjalanan iman, melainkan awal dari perjumpaan yang lebih dalam dengan Kristus.

Semoga setiap kali mereka dan kita semua datang ke meja Ekaristi, kita selalu ingat bahwa kasih Tuhan bekerja dalam keheningan hati yang mau disembuhkan.

Di meja Ekaristi, Tuhan memulihkan kita dari luka masa lalu, dari keletihan jiwa, dari rasa bersalah, bahkan dari jarak yang mungkin kita ciptakan sendiri terhadap-Nya.

Kasih yang sama menguatkan kita untuk menjadi pembawah harapan bagi dunia.

Usai perayaan di Gereja Katolik Santo Yohanes Rasul Tahuna, Pastor Paroki, Pastor Jacob Adilang, Pr, pada sore hari pukul 17.00 WITA melanjutkan pelayanan ke Stasi St. Fransiskus Xaverius Manganitu dalam rangka perayaan Ekaristi penerimaan Komuni Pertama bagi umat Manganitu dan Stasi Hati Kudus Bahoi.

Ia mengajak seluruh umat untuk menjadikan Ekaristi bukan hanya sebagai perayaan sakramental, tetapi juga sebagai sumber kekuatan dan kasih dalam kehidupan setiap hari. (***)

Yuk! baca berita menarik lainnya dari MANADO NEWS di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP

Banner Memanjang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru

MANADO,MANADONEWS.CO.ID- Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 korps Zeni TNI AD, Senin (13/10/2025) Persit KCK Cabang LXXIII Yonzipur 19 PD XIII/Merdeka dibawah pimpinan Ketua Ny Gena Wiratama Suryono…