DUMOGA,MANADONEWS,-.Ratusan warga Desa Siniyung, Kecamatan Dumoga, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), padati sungai ongkag Dumoga,dalam tradisi saling rebut obat tradisional yang disatukan dan diikat di daun woka, dipercayai secara turun temurun oleh masyarakat Siniyung, bisa menjadi obat untuk kesehatan badan, sehat dalam berpikir positif, dan mendapat perlindungan dari Sang pencipta.
“Ya, kami memang sangat senang mengikuti acara rebutan obat ini.Jadi, obat dari kumpulan potongan kayu yang kami dapat dari hasil rebutan tersebut bisa digunakan untuk mandi,sehingga bisa menjadi obat penyakit, bahkan hal yang jahat dijauhkan,” ungkap sejumlah warga.
Tak hanya itu, ternyata di dalam kumpulan obat tradisional itu, ada satu potongan kayu yang dianggap paling inti, dari semua kumpulan kayu dan daun yang ada di dalam ikatan daun woka tersebut.
” Ada satu yang paling pokok untuk dicari oleh masyarkat, tapi tidak mengurangi kegunaan dari potongan kayu lainnya. Kayu tersebut memang sulit untuk ditemui dan dianggap sangat penting menurut kepercayaan adat di sini,” ungkap Unja Tungkagi warga Siniyung.
Berdasarkan pantauan, sejak dibukanya acara adat Mogonow Kon Lipu ( Pengobatan Kampung ) ini, Minggu ( 12/3 ) pekan lalu, hingga puncak acara adat Senin ( 20/3 ), setiap warga membawa air dan ditampung pada bambu yang sudah disediakan, untuk diisi air dan diberikan ke petugas atau salah satu orang tua yang dipercayakan. Kemudian air dari bambu tersebut disalurkan ke kumpulan obat tradisional yang diikat dan disatukan di dalam daun woka untuk mandi.
Tak hanya itu, selama minggu berjalan pada acara Mogonow Kon Lipu ini, setiap malamnya para dewan adat dan orang-orang yang dipilih atau pinopobarakatan ( yang diberkati ) menggelar ritwal sehingga mereka bisa berkomunikasi langsung dengan leluhur. Pada ritual ini, warga bisa mendengarkan nasehat positif dari leluhur yang turun ke salah satu dewan adat yang dirasuki oleh leluhur. Hingga, senin ( 20/3 ) pagi sudah ada persiapan ritwal puncak acara adat tersebut, mulai dari membuat makanan tanpa ada campuran garam dan bumbu lainnya atau dikenal dengan masakan pada zaman dulu. Dalam makanan tersebut, para dewan adat lengkap dengan baju adat, pemerintah desa, dan para pimpinan jemaat dari berbagai agama yang ada di desa Siniyung serta masyarakat sama-sama meminta berkat dari Kitogi Kawasa ( Sang Pencipta atau Yang Maha Esa ) bahwa semua syarat yang diwariskan oleh leluhur kepada mereka, sudah dilakukan. Melalui ini, mereka meminta kiranya diberkati oleh Yang Maha Esa, dan diterima. Ini dipimpin oleh Ketua lembaga adat Desa Siniyung Taeba Gaw dengan menggunakan bahasa Mongondow.
Terlihat, usai berdo’a semuanya makan bersama menerima berkat. Selang waktu habis makan bersama, warga mempersiapkan diri untuk bersama mengikuti para Dewan adat yang akan membawa kumpulan obat untuk diperebutkan di sungai ongkag Dumoga.
“Jadi, obat-obatan yang diikat di daun woka itu, dibawa bersamaan dengan perahu-perahu kecil yang sudah berisi sisa makanan yang di makan bersama sebelumnya, dengan pengertian, segala yang jahat terbawa air dengan perahu-perahu kecil tersebut. Sementara obat yang ada di dalam woka digunakan untuk mandi bersama baik laki-laki maupun perempuan turun ke sungai, setelah itu diperebutkan warga,” jelas Taeba Gaw.
Sementara itu, Salim Manggopa anggota Dewan Adat berharap setelah mengikuti acara adat ini, segala perbuatan apapun yang jahat dijauhkan, dan sehat jasmani maupun rohani, serta hidup bersih.
Terpisah, Suan Lampongajo pemerintah desa Siniyung mengatakan, acara ini biasanya digelar setiap tahun dan sudah menjadi kebiasaan turun temurun.
” Biasanya setiap tahun, tapi ini sudah sekira lima tahun baru dilakukan lagi. Semoga melalui acara ini,apa yang kita harapkan baik pikiran sehat, damai, dan banyak rejeki terpenuhi,” tutup Lampaongajo.
( steven rapar )