Berita TerbaruBerita Utama

Dari KM Barcelona ke Rumah Gubernur: Kisah Penolong Tanpa Pamrih

×

Dari KM Barcelona ke Rumah Gubernur: Kisah Penolong Tanpa Pamrih

Sebarkan artikel ini

Manado, MN – Pagi belum sepenuhnya terang di Manado, Rabu, 24 Juli 2025.

Namun di Rumah Dinas Gubernur Sulawesi Utara, suasana terasa hangat dan penuh haru.

MANTOS MANTOS

Di sana, berdiri tegak seorang pria muda bernama Abdul Rahman Agu—namanya mulai ramai disebut sejak tragedi kebakaran KM Barcelona V yang mengguncang perairan Talaud beberapa hari lalu.

Bersama seorang bayi mungil berusia 1 tahun 5 bulan bernama Liora—yang kala itu nyaris jadi korban api—mereka dipertemukan kembali.

Liora duduk tenang di pangkuan sang ibu, tak sepenuhnya memahami bahwa lelaki di hadapannya telah menyelamatkan nyawanya.

Abdul, lelaki Muslim yang sehari-hari bekerja lepas di Balai Sungai, kala itu nekat berenang selama 1 jam dari geladak kapal yang terbakar untuk menyelamatkan bocah kecil yang bahkan belum bisa memanggil nama ayahnya dengan sempurna.

“Ini keberanian yang tidak bisa dihitung dengan angka,” ujar Gubernur Sulawesi Utara, Yulius Selvanus, yang pagi itu menerima mereka di kediaman resminya.

Baca Juga:  Tolak Wacana Ganti Nama RSUD ODSK, Fraksi PDI-P: Penamaan Miliki Dasar Hukum yang Jelas

Ditemani para staf khusus, Yulius tampak berkali-kali menatap Abdul dengan ekspresi antara kagum dan tak percaya.

Gubernur bukan hanya memberi apresiasi lewat kata-kata. Ia langsung menginstruksikan jajarannya untuk mengganti alat survei milik Abdul yang tercecer saat proses evakuasi.

“Ini bukan soal ganti rugi barang, tapi soal menghormati keberanian,” katanya singkat.

Kepada keluarga Liora, Gubernur Yulius juga memberikan perhatian khusus. Ia memerintahkan agar bayi itu segera mendapat perawatan di Rumah Sakit ODSK. Tanpa birokrasi berbelit.

Di tengah momen penuh emosi itu, satu peristiwa mengharukan terjadi: sang ayah kandung Liora memeluk Abdul erat, lalu dengan suara bergetar menyatakan, “Mulai hari ini, ngana (kamu) adalah ayah angkat Liora. Terima kasih telah menyelamatkan anak kami.” Sang ibu, yang sejak tadi tak kuasa menahan air mata, ikut mengangguk pelan.

Baca Juga:  Satgas TMMD Percepat Pemasangan Atap RTLH di Kampung Kalekube I

Keluarga itu kini tak hanya merasa berutang nyawa, tapi juga telah menerima Abdul sebagai bagian dari mereka.

“Dia tidak bertanya agamanya siapa, dari mana asalnya, atau apa imannya. Yang dia tahu, ada nyawa yang harus diselamatkan,” kata Lena Wullur, staf khusus Gubernur yang turut hadir dalam pertemuan itu.

Manado pagi itu menyaksikan bahwa kadang, yang paling manusiawi tak datang dari yang paling kuat, tapi dari yang paling berani.

Dan cinta kasih bisa lahir dari nyala api, justru ketika semua orang mengira tak ada lagi yang bisa diselamatkan.(jan)

Yuk! baca berita menarik lainnya dari MANADO NEWS di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *