Berita TerbaruBerita UtamaManado

Ketika Popularitas Menjadi Tiket Politik: Ambisi HBL Mengemuka

×

Ketika Popularitas Menjadi Tiket Politik: Ambisi HBL Mengemuka

Sebarkan artikel ini

Manado, MN – Dalam lanskap politik Sulawesi Utara yang terus berubah, satu nama mencuat lebih cepat dari yang diperkirakan: Hillary Brigitta Lasut.

Politisi muda yang selama ini dikenal lewat citra vokal, progresif, dan dekat dengan generasi digital itu kini mulai terlihat bergerak ke orbit yang lebih besar, kursi Gubernur Sulawesi Utara untuk 2029.

MANTOS MANTOS

Namun di balik geliatnya yang semakin nyaring di ruang publik, ada sejumlah pertanyaan mendasar yang patut diajukan.

Ini bukan soal boleh atau tidak seseorang bercita-cita memimpin. Ini soal bagaimana cara meraih dan mempertahankan kepercayaan publik, serta apakah jalan yang ditempuh Hillary saat ini mencerminkan kapasitas seorang pemimpin daerah, atau sekadar manuver citra yang dibalut gemerlap popularitas.

Politik Pencitraan: Kekuatan Besar, Risiko Besar

Tak bisa dipungkiri, Hillary adalah salah satu politisi asal Sulut yang paling lihai memanfaatkan media sosial. Kehadirannya konsisten, ritmenya terukur, dan narasi yang dibangun hampir selalu positif, kesan dekat dengan rakyat, aktif turun lapangan, serta responsif terhadap isu-isu nasional.

Namun strategi hyper-visibility ini memiliki sisi gelap. Politik yang berkembang dari unggahan dan citra visual sering kali kehilangan satu elemen kunci: substansi. Publik bisa melihat aktivitas, tetapi tidak selalu mendapat jawaban atas isu penting seperti:

  • bagaimana ia memandang tata kelola pemerintahan daerah?
  • apa gagasan pembangunan yang ia tawarkan?
  • bagaimana kemampuannya mengelola konflik kepentingan keluarga politik yang sudah lama bercokol di Sulut?

Popularitas bukanlah bukti kapasitas. Ia hanya pintu masuk.

Pesta Rakyat, Event Hiburan, dan Aura Kampanye Prematur

Belakangan, Hillary hadir dalam berbagai kegiatan publik berskala besar yang dibungkus sebagai acara hiburan untuk masyarakat. Salah satunya adalah Pesta Rakyat, yang secara politis sangat efektif menarik simpati sekaligus menunjukkan kemampuan konsolidasi massa.

Baca Juga:  Asops Kasdam Merdeka Pimpin Upacara Bendera Mingguan

Tetapi ada pula narasi tandingan: bahwa acara-acara semacam ini lebih dekat pada kampanye terselubung daripada kegiatan sosial. Terlebih ketika tidak ada transparansi siapa penyandang dana, apa motif utama penyelenggaraannya, dan mengapa timing-nya sangat presisi dengan meningkatnya rumor pencalonan Hillary di 2029.

Di titik ini, publik bertanya-tanya:
Apakah ini aksi sosial murni? Ataukah ini bagian dari roadshow politik yang hanya menunggu momen deklarasi?

Dinasti Politik: Beban Warisan yang Tak Bisa Diabaikan

Nama Lasut bukan nama kecil di Sulawesi Utara. Keluarga ini telah lama memiliki peran penting dalam peta politik Talaud dan Sulut. Kehadiran Hillary sebagai generasi baru membawa harapan sekaligus kekhawatiran:

  • Harapan, karena ia dinilai lebih modern dan berani.
  • Kekhawatiran, karena publik semakin jenuh dengan pola politik keluarga yang mendominasi jabatan publik lewat regenerasi internal, bukan kompetisi sehat.

Jika Hillary benar-benar ingin merebut kursi Gubernur, ia harus menjawab satu pertanyaan penting: Apakah ia hanya perpanjangan dari dinasti politik lama, atau benar-benar representasi perubahan yang ia klaim?

Antara Ambisi dan Kapasitas

Sulawesi Utara tidak membutuhkan pemimpin yang hanya kuat di panggung. Sulut membutuhkan pemimpin yang:

  • bisa mengelola birokrasi,
  • memahami ekonomi daerah,
  • peka pada isu maritim, perikanan, dan pariwisata,
  • mampu menjaga hubungan pusat-daerah,
  • dan tidak terjebak dalam politik pencitraan yang cepat padam.
Baca Juga:  Festival Tring di Manado Sukses, Sasar Ribuan Pengguna Millenial dan Gen Z

Sampai hari ini, jejak kebijakan Hillary belum memberikan gambaran utuh tentang kapasitas manajerialnya. Ia kuat di wacana, kuat di panggung digital, kuat dalam kemampuan membangun simpati, tetapi belum teruji dalam administrasi pemerintahan.

Ambisi Boleh, Tapi Publik Berhak Curiga

Tidak ada yang salah dengan ambisi Hillary Brigitta Lasut menuju kursi Gubernur Sulut. Politik memang panggung bagi mereka yang ingin naik lebih tinggi. Tetapi publik pun memiliki hak untuk skeptis, untuk bertanya, dan untuk mempertanyakan setiap langkah yang terlihat lebih penuh pencitraan ketimbang ide.

Pemimpin sejati tidak hanya ditentukan oleh jumlah followers, acara besar yang digelar, atau intensitas tampil di media sosial.

Pemimpin ditentukan oleh gagasan, integritas, kemampuan bekerja, dan rekam jejak yang menjawab persoalan rakyat, bukan sekadar memamerkan kedekatan dengan rakyat.

Jika memang benar Hillary sedang membangun jalan menuju 2029, inilah saatnya ia membuka semua kartu:
Gagasan apa yang ia tawarkan? Dengan siapa ia bekerja? Apa rencana pembangunan jangka panjangnya? Bagaimana mekanisme pendanaan kegiatannya?

Publik Sulawesi Utara tidak membutuhkan poster besar, panggung megah, atau video cinematic. Yang dibutuhkan adalah kejujuran politik dan rekam jejak yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sampai itu datang, setiap langkah Hillary akan dan memang harus dibaca sebagai bagian dari ambisi besar yang belum tentu sejalan dengan kepentingan rakyat.(Steven)

Yuk! baca berita menarik lainnya dari MANADO NEWS di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *