TOMPASO, MANADONEWS – Ribuan orang tumpak ruah di lokasi Watu Pinawetengan, Kamis (3/01). Bahkan ada yang datang ke situs sejarah budaya Minahasa itu malam jelang tanggal 3 (malam hari tanggal 2 Januari) demi menghindari kemacetan.
Pantauan ManadoNews.co.id, sejak pagi hingga jelang malam, para pegiat budaya dan adat Minahasa datang silih berganti. Bahkan banyak yang datang sambil membawa anggota keluarganya.
Selain berziarah, ada juga yang melakukan ritual.
Berdasarkan data registrasi, tercatat puluhan Ormas Adat, LSM Adat, Kelompok, Komunitas bahkan perorangan yang berkumpul di lokasi lengkap dengan panji/atribut masing – masing.
Sebagai lokasi para leluhur tanah Minahasa melakukan pembagian wilayah/sub etnis Minahasa di masa lampau serta tempat musyawarah/berunding, Watu Pinawetengan memang paling banyak dikunjungi para pegiat budaya/adat Minahas setiap tanggal 3 Januari(selain tanggal 7 Juli sebagai harinya festival budaya Minahasa).
Dari makna dasar di atas salah satu pengunjung mengungkapkan Watu Pinawetengan bukanlah tempat untuk pamer kekuatan.
“Di sini bukan ajang unjuk kekuatan sebaliknya tempat untuk saling bertemu para pegiat budaya dan adat Minahasa, saling bersilaturahmi dalam semangat persatuan dan kesatuan,” ungkap Ronald.
Dikatakannya Watu Pinawetengan menjadi momen pengenangan bersatunya seluruh sub etnis tanah Minahasa.
“Momen pengenangan itulah yang membuat Watu Pinwetengan hingga kini tetap diingat oleh setiap generasi Minahasa,” tandasnya.
Fian