MITRA, ManadoNews.co.id – Gaung Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia pada bulan April 2019, mengaung sampai ke pelosok Negeri ini. nyaris semua akademisi berpendapat, politik identitas bukanlah faktor utama dalam menentukan pilihan politik. Baik dalam menentukan calon legislator hingga top eksekutif yakni presiden dan wakil presiden.
“Politik identitas sebaiknya dihindari untuk memilih pemimpin politik,” ujar Akademisi Unsrat Maurits Monigir SIP MSi, sewaktu bersua dengan sejumlah wartawan di Ratahan, Selasa (29/1/2019).
Dikatakan Monigir, tidak bisa dipungkiri sistem politik demokrasi sangat sulit dipisahkan dengan politik identitas, yang hanya melihat pemimpin dari aspek suku, agama, ras golongan dan lainnya.
“Namun perlu dipahami juga bahwa politik identitas hanya mengacu pada subjektifitas dan tidak melihat seluruh aspek dari kandidat pemimpin politik,” nilai Monigir.
Lebih jauh Monigir berpendapat, kalangan wajib pilih sejatinya juga harus melihat track-record (rekam jejak) dan visi misi calon legislator. “Hemat saya mesti ada pertimbangan objektif yang dijadiakan acuan untuk memilih pemimpin atau calon legislatif,” pungkas Mantan Ketua Senat Fisip Unsrat ini.
(gerimokobimbing)