Manado – Pilkada 2020 tidak seperti Pilkada sebelumnya. Masyarakat perlu mendukung kerja penyelenggara Pemilu dalam kondisi sulit.
Masyarakat juga tidak bisa berharap banyak dari penyelenggara, sebab mereka juga manusia yang ingin selamat dari ancaman Covid-19. Banyak hal bisa saja terlewati karena keterbatasan.
Demikian pendapat pengamat politik, Ferry Daud Liando, ketika diwawancarai wartawan Manadonews.co.id di Manado, Rabu (17/6/2020) malam.
“Menutupi keterbatasan, peran partai politik (Parpol) sangat penting. Jika masing-masing Parpol punya komitmen menjaga marwah Pilkada dengan moral dan etika yang bagus, maka Pilkada akan selamat. Sebaliknya, jika Parpol tidak menjaga moralitas maka Pilkada berpotensi terancam,” ujar Ferry Liando.
Ferry Liando menyebutkan ciri Parpol bermoral dan beretika adalah Parpol yang tidak mengandalkan mahar (candidate buying) ketika mengusung calon.
Kemudian, ada kewajiban moral bagi masing-masing Parpol untuk melarang calon yang diajukan tidak terlibat suap atau beli suara pemilih (vote buying).
“Kuncinya ada di Parpol. Jika semua Parpol dan pasangan calon berlomba-lomba melakukan ‘money politics’, akan menjadikan Pilkada tidak bermoral dan outputnya mentah,” jelas akademisi Unsrat ini.
Ferry Liando tegaskan, jangan selalu menyalahkan masyarakat yang pragmatis. Sebab politik uang tidak pernah diciptakan oleh pemilih, tapi diciptakan oleh calon.
Uang mengalir dari calon, bukan dari masyarkat.
“Jika Pilkada tanpa mahar, tanpa suap, tanpa sogok atau beli suara pemilih, saya jamin output Pilkada menjadi baik,” pungkas Liando.
(YerryPalohoon)