MANADO, MANADONEWS.CO.ID – Hati – hati buat para lelaki pencari kenikmatan di luar rumah. Bisa – bisa bukannya ‘menggapai impian,’ sebaliknya kena jeratan dari para sindikat yang berimbas pada melayangnya rupiah.
Penelusuran tim Manadonews.co.id, Senin (22/6), menemukan indikasi aksi penipuan berkedok prostitusi online di Kota Manado dijalankan dengan modus, menggunakan salah satu aplikasi media sosial, ketika ada yang menghubungi langsung memberikan alamat hotel berkelas ke calon korban sebagai tempat si penipu ‘katanya’ check in.
Alamat diberikan setelah tarif disepakati.
Yang mengherankan, stay di hotel berbintang, namun tarifnya, super murah. Dengan buka tarif selangit, berapapun kemampuan calon korban, tetap diiyakan
Guna memastikan, tim menuju ke salah satu hotel di kawasan Mega Mas, seperti yang diberikan, sebut saja Intan (karena memang nama yang digunakan di aplikasi, juga bukan nama asli).
Begitu tiba di hotel yang dimaksud, Intan lalu meminta untuk difoto agar dirinya percaya.
Yakin calon korban sudah di lokasi, Intan bukannya langsung suruh masuk, namun meminta tim untuk pergi ke salah satu minimarket yang memang letaknya hanya di sekitaran hotel.
“Mas pergi dulu ke……(untuk kode etik, nama minimarket tidak bisa disebutkan) dan bayar DP,” begitu anjuran Intan via chatingan (padahal soal DP tidak ada dalam kesepakatan sebelumnya).
Ia pun mengirimkan kode dan meminta untuk diperlihatkan ke kasir dan membayar.
“Kalau sudah bayar, Mas foto struknya yah,” balas Intan lagi.
Anehnya, saat tim bermaksud untuk cash, apalagi karena sudah berada di lokasi, Intan tetap berdalih, aturannya sudah begitu. Harus bayar DP dulu via minimarket.
Dengan segala pertimbangan, terutama ada aroma kecurigaan, tim memutuskan untuk ‘cancel.’
Penasaran, tim kembali mencari nama akun lain. Setelah di sapa, tak butuh waktu lama langsung dibalas.
Kali ini sebut saja nama Ratu.
Tak disangka, modusnya, sama persis dengan yang dilakoni Intan.
Setelah tarif disepakati (murah meriah, padahal awalnya dipatok selangit), Ia mengarahkan tim ke salah satu hotel berbintang. Dan, lagi – lagi, begitu tim tiba di lokasi dan mengambil foto untuk dikirim ke Ratu, ia meminta tim untuk membayar DP (Padahal soal DP, juga tidak dibicarakan sebelumnya).
“Di dekat situ ada……(nama minimarket) Mas. Mas ke situ dan bayar DP dulu yah. Nanti saya kirimkan kodenya,” tulis Ratu.
Kalau sudah, katanya lagi, ia akan turun dan jemput di lobi hotel(tidak beda dengan Intan yang juga akan menjemput di Lobi).
Tawaran tim untuk cash langsung, ditolak dengan alasan yang sama dengan Intan.
Untuk temuan yang kedua ini, Tim sangat puas. Mengapa? Karena hotel yang katanya tempat dia check in, faktanya sedang tidak beroperasi alias TUTUP.
“Belum buka,” kata salah satu karyawan hotel yang sedang ngobrol bareng sesama karyawan di muka pintu masuk hotel.
Dan memang pintu hotel tertutup plus di dalamnya gelap.
Sambil berbasa – basi sedikit, tim pun keluar dari halaman hotel.
Dari hasil investigasi, meski hanya dua temuan, namun dengan modus operandi yang sama, bisa ditarik kesimpulan, para sindikat penipu telah memanfaatkan aplikasi media sosial untuk ‘mempreteli’ uang korban.
Berikut ciri – cirinya: para pelaku memberikan alamat hotel berbintang; akan menyetujui kemampuan finansial calon korban, meski diawal mematok tarif selangit; begitu tiba di lokasi pelaku akan meminta calon korban untuk mengambil foto lokasi dan dikirimkan ke dia; meminta calon korban membayar DP di salah satu minimarket dekat hotel sambil memberikan kode untuk diperlihatkan ke kasir; dan kalau disimak, ternyata setiap hotel yang ditunjuk selalu yang berdekatan dengan minimarket.
Ciri khas lainnya, entah kebetulan atau tidak, baik Intan maupun Ratu, keduanya tidak menggunakan dialek Manado.
Fian