Tahuna, Manadonews.co.id – Dalam rangka mitigasi bencana akibat perubahan iklim yang terjadi secara signifikan di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe khususnya di Kampung Bentung, mahasiswa KKN-PPM Universitas Gadjah Mada (UGM) membuat solusi inovatif terkait mitigasi kebencanaan di Kampung Bentung berupa Flood Warning System Rob berbasis arduino.
Sistem ini dirancang berdasarkan permasalahan desa beberapa tahun sebelumnya, yakni kenaikan muka air laut akibat curah hujan yang tinggi bersamaan dengan angin yang melaju kearah utara. Hal tersebut menyebabkan tingginya gelombang air laut, khususnya pada bulan Desember.
Flood Warning System atau Sistem Peringatan Dini Banjir Rob ini dirancang sebagai perwujudan Kampung Bentung sebagai Kampung Siaga Bencana. Perancangan sistem dilengkapi dengan sensor ultrasonik yang berfungsi untuk membaca/mengukur ketinggian air laut. Sensor ini ditempatkan di salah satu sisi balai kampung, yang mengarah pada bibir pantai terluar.
Ketika sensor ini membaca kondisi ketinggian air laut, informasi tersebut akan disampaikan melalui layar LCD kecil dalam format besaran ketinggian air serta tiga kategori status ketinggian air laut, meliputi status aman, siaga, dan bahaya. Setiap status memiliki respons berbeda, yang mana ketika kondisi aman, indikator lampu berwarna hijau menyala. Ketika kondisi siaga, lampu indikator kuning menyala.
Adapun kondisi bahaya, akan keluar peringatan berupa bunyi yang dihasilkan dari buzzer juga lampu indikator merah akan menyala. Bunyi alarm yang dihasilkan oleh buzzer menjadi peringatan dini bahwa warga sekitar harus segera mengungsi dan menyelamatkan harta benda mereka karena ketinggian air telah mencapai level bahaya yang kemungkinan akan terus bertambah. Selain itu, informasi ketinggian air laut dapat digunakan untuk pendataan setiap harinya, sehingga terdapat informasi valid mengenai perubahan ketinggian air laut di Kampung Bentung.
“Sistem ini sangat bermanfaat sebagai peringatan dini bagi masyarakat apabila terjadi kenaikan muka air laut yang disertai dengan intensitas curah hujan yang naik secara signifikan,” ujar Alwan salah satu mahasiswa anggota Tim KKN UGM dari Sub-Unit Bentung.
Alferi Harman, selaku Kepala Urusan Perencanaan Kampung Bentung juga mengatakan masyarakat bersyukur dengan dibuatnya Sistem Peringatan Dini Banjir Rob ini, pemerintah kampung sangat terbantu dalam memitigasi bencana banjir rob yang belakangan terjadi.
“Masyarakat juga menjadi lebih waspada terhadap bencana banjir rob dengan dibuatnya sistem ini,” kata Alferi Harman, sambil mengharapkan dengan adanya Flood Warning System ini dapat meminimalisasi kerugian material serta jatuhnya korban jiwa yang ditimbulkan akibat bencana banjir rob.
Selain merancang sistem peringatan dini banjir rob tersebut, mahasiswa KKN UGM juga membentuk suatu kelompok kerja (Pokja) yang khusus untuk menangani kebencanaan akibat perubahan iklim. Pokja tersebut akan secara langsung bertanggung jawab penuh terkait mitigasi bencana yang terjadi akibat perubahan iklim, salah satunya dengan monitoring ketinggian air laut menggunakan sistem peringatan dini banjir rob tersebut.
Sistem telah dilatihkan penggunaanya dan telah diserahkan kepada Pokja Proklim Divisi Kebencanaan agar dapat dikelola dan dijaga keberlanjutannya. Harapannya, solusi inovatif ini akan terus dirasakan kebermanfaatannya sehingga Kampung Bentung dapat menjadi kampung yang benar-benar siaga terhadap bencana. (***/Jrp)