Manadonews.co.id – Peribahasa ‘jangan meludahi sumur yang kamu minum airnya’ yang berarti jangan menjelek-jelekkan atau mencela tempat atau orang yang memberikan manfaat atau kebaikan padamu, sama sekali tidak berlaku bagi Kristianto Naftali Poae.
Kristianto Poae adalah sosok yang paling kontroversial beberapa bulan terakhir.
Pasalnya, ia menyerang sembrono manajemen Bank SulutGo (BSG) hingga mengobral data bank tanpa izin, bahkan menggondol data yang sejatinya bagian dari pekerjaannya sebagai notaris BSG di periode sebelumnya ke meja penegak hukum.
Tak salah jika banyak orang memandang Kristianto sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih.
Fakta lainnya bukan cuma Kristianto yang pernah cari makan di BSG. Keluarganya juga mencari makan di BSG, sang istri bekerja di BSG Calaca Manado.
Cara Kristianto yang mempermalukan BSG di media sosial dan media massa membuat pembaca seolah-olah yakin dengan datanya yang maha benar.
Padahal, jika ditelusuri secara obyektif dan mendalam, ia sebenarnya menyembunyikan bahkan hal mengenai dirinya dan kinerjanya di BSG sewaktu menjadi notaris.
Seandainya Kristianto tahu diri dan jujur terhadap media, maka publik juga akan paham situasi awal bagaimana ia memaksa BSG menanggung beban rumah sakit salah satu anggota keluarganya.
Pembaca akan tahu bagaimana Kristianto diduga memiliki kredit macet Rp1 miliar, para pemegang saham akan mengerti tuntutan honorarium Rp1,7 miliar sebuah utopia karena tidak ada dalam daftar tagihan BSG.
Pun, masyarakat juga akan paham, indikasi korupsi yang disembur Kristianto cuma data dangkal yang sulit dibuktikan secara administrasi. Sayangnya Kristianto tidak terbuka dan lebih sering menghujat BSG.
Ketua DPD PAMI Perjuangan, Jeffrey Sorongan, mengatakan pentingnya rasa syukur dan tidak lupa budi kebaikan yang telah diberikan.
“Itu soal moralitas orangnya. Filosofi itu benar. Tapi aplikasinya tergantung orangnya tahu diri atau tidak,” kata Sorongan.
(***/Jrp)