Manado – Falsafah hidup ‘Sitou Timou Tumou Tou’ dari pahlawan nasional Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, dikenal hingga se antero Indonesia bahkan mancanegara.
Termasuk masyarakat Provinsi Papua sangat bangga Indonesia pernah memiliki sosok cerdas GSSJ Ratulangi yang lebih dikenal dengan sebutan Sam Ratulangi.
Salah-satu bukti kebanggaan masyarakat Papua dibuktikan dengan keberadaan monumen Sam Ratulangi di ujung Jalan Sam Ratulangi di Kota Jayapura, ibu kota Provinsi Papua.
Dijelaskan Ketua Umum Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) yang juga Tonaas Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Brigade Manguni Indonesia (BMI) Provinsi Papua, Jory Lumingkewas, monumen Sam Ratulangi lengkap dengan tulisan falsafah ‘Sitou Timou Tumou Tou’ terletak depan Kantor DPRD Papua di Jalan Sam Ratulangi Nomor 2 Kota Jayapura, dibangun pada 2012 lalu.
‘Sitou Timou Tumou Tou’ berasal dari bahasa daerah di Minahasa adalah falsafah hidup yang diajarkan Sam Ratulangi yang mengandung arti ‘manusia hidup juga harus memanusiakan orang lain’.
“Sam Ratulangi kebanggaan masyarakat Papua sejak dulu. Keberadaan monumen lengkap dengan tulisan Sitou Timou Tumou Tou dijadikan falsafah hidup masyarakat Papua terutama warga Kota Jayapura,” jelas Jory Lumingkewas melalui komunikasi handphone kepada wartawan Manadonews.co.id, Selasa (11/8/2020).
Jory Lumingkewas menceritakan sejarah pembangunan monumen Sam Ratulangi. Berawal dari inisiatif Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) Kota Jayapura, berkomunikasi dengan Walikota Jayapura Benhur Tommy Mano, minta izin pembangunan monumen di simpang tiga bagian ujung Jalan Sam Ratulangi.
“Ketika itu saya Ketua KKK Jayapura, sementara bapak Tommy Mano baru saja dilantik sebagai walikota. Akhirnya, usul kami untuk memanfaatkan lahan kosong di pertigaan jalan dibangun monumen segitiga dengan diameter sekitar tujuh meter disetujui. Kala itu, pembangunan monumen menghabiskan anggaran sekitar 360 juta,” tutur Tonaas Jory.
Ditambahkan Tonaas Jory, melalui diskusi dengan Walikota Benhur Tommy Mano yang didampingi sejumlah pejabat SKPD terkait, disepakati penamaan monumen Sam Ratulangi lengkap dengan tulisan falsafah ‘Sitou Timou Tumou Tou’.
“Meskipun tanpa patung Sam Ratulangi, namun kami sepakat monumen ini dinamakan Sam Ratulangi lengkap dengan tulisan Sitou Timou Tumou Tou. Falsafah ini sangat disukai masyarakat dan pejabat di Papua karena bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Tonaas Jory.
Keberadaan monumen Sam Ratulangi, lanjut Tonaas Jory, juga menunjukkan eksistensi warga kawanua di Provinsi Papua, lebih khusus Kota Jayapura.
“Bagian dari partisipasi dan simpati kami warga kawanua kepada pemerintah dan masyarakat Papua terlebih khusus warga Kota Jayapura,” pungkas Tonaas Jory. (YerryPalohoon)