Example floating
Example floating
Berita TerbaruBerita UtamaEkonomi & BisnisManado

Ternyata Hal Ini yang Paling Dikuatirkan Para Pemulung TPA Sumompo

×

Ternyata Hal Ini yang Paling Dikuatirkan Para Pemulung TPA Sumompo

Sebarkan artikel ini

 

Manado – Puluhan pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumompo mengaku kuatir jika TPA Regional di Iloilo Wori, Kabupaten Minahasa Utara (Minut), siap dioperasionalisasikan.

MANTOS MANTOS

Bukan tanpa alasan, mereka merasa akan kehilangan mata pencaharian jika TPA sudah dipindahkan apalagi TPA Iloilo nanti menggunakan mesin canggih pengelola sampah.

Praktis, tenaga manual tidak dibutuhkan lagi termasuk pemilahan sampah plastik, kaleng, besi tua, kertas bekas, bahkan kardus yang selama ini menjadi ‘tugas’ pemulung.

“Kalau sudah pindah ke sana (Iloilo) kami mencari apa? tukas Hamida Gobel, didampingi Satria Antuke dan Yenny Lambahiang, pemulung di TPA Sumompo kepada wartawan Manadonews.co.id di lokasi TPA, Kamis (23/9/2021) lalu.

Namun, mereka mengaku pasrah jika TPA dipindahkan.

“Karena itu kebijakan pemerintah, kami sebagai rakyat hanya bisa mengikuti saja,” jelas ketiganya.

Sebelumnya diberitakan, di balik tumpukan sampah disertai bau busuk menyengat masih tersisa rezeki yang bisa dieksplorasi.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumompo menjadi tempat mencari nafkah puluhan atau bahkan lebih seratus orang.

Sampah plastik, kaleng, besi, bahkan kertas dan kardus, memberi secercah harapan bagi mereka yang setiap hari mengais rezeki di tempat ‘paling kotor’ yang sudah berusia puluhan tahun ini.

Hamida Gobel, Satria Antuke dan Yenny Lambahiang, beberapa di antara pekerja TPA yang memulung sampah untuk dijadikan uang.

Dibandingkan pekerja di sektor formal yang menerima gaji minimal Upah Minimum Provinsi (UMP) di atas Rp 3 juta, jangan harap jumlah tersebut bisa dicapai mereka.

“Per minggu kami mengais sekitar 200 kg sampah botol plastik, kaleng, hingga kardus dijual dengan harga rata-rata seribu rupiah per kilogram,” jelas Hamida Gobel diiyakan Satria Antuke dan Yenny Lambahiang, pemulung TPA Sumompo, ketika ditemui wartawan di lokasi TPA, Kamis (23/9/2021) sore.

Meskipun dengan pendapatan yang sedikit, namun pekerjaan sebagai pemulung TPA sudah mereka jalani selama puluhan tahun.

“Saya dan Satria Antuke di sini sejak 1986 (35 tahun), yang lain juga sudah puluhan tahun, tapi beberapa (pemulung) masih baru di bawah lima tahun,” tambah Hamida.

Bagi mereka, seperti ditambahkan Satria Antuke, selain kebutuhan hidup sehari-hari, masa depan anak-anak menjadi prioritas yang harus dipenuhi.

“Suami juga bekerja serabutan, dua anak kami sudah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Mereka harapan masa depan kami,” tutur Satria Antuke.

Harapan mereka kepada pemerintahan kota Manado yang dipimpin Walikota Andrei Angouw dan Richard Sualang akrab disapa AA-RS, agar bisa menyiapkan fasilitas air bersih di kawasan TPA.

“Air bersih, apalagi kami bekerja di tempat sangat kotor yang identik dengan sarang penyakit,” terang mereka yang mengaku bertempat tinggal di sekitaran kawasan TPA.

(JerryPalohoon)

 

 

Example 120x600