Opini

BUMN dan Metafora “Tikus-tikus” yang Menggerogoti

×

BUMN dan Metafora “Tikus-tikus” yang Menggerogoti

Sebarkan artikel ini

Jakarta, MN – Di tengah pergolakan ekonomi dan politik yang sering mengguncang, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia seringkali berada di garis depan sebagai pilar ekonomi.

Namun, meski memiliki peran yang krusial, tidak jarang BUMN juga dilihat sebagai ladang subur bagi praktik korupsi, sering diibaratkan sebagai “sarang tikus” yang dipenuhi oleh “tikus-tikus” yang menggerogoti sumber daya negara.

MANTOS MANTOS

“Kerugian negara” adalah frase yang sering muncul dalam pemberitaan terkait skandal di tubuh BUMN.

Fenomena ini bagaikan tikus-tikus yang bebas berkeliaran di gudang padi, dimana padi tersebut seharusnya dapat menjamin ketahanan pangan masyarakat.

Dalam konteks BUMN, “padi” tersebut adalah aset negara yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat, bukan menjadi makanan gratis bagi para “tikus”.

 

Mengapa metafora tikus ini begitu relevan?

 

Baca Juga:  YSK dan Janji "Bersih-Bersih" di Bumi Nyiur Melambai

Tikus adalah hewan yang dikenal cerdik dan mampu menyesuaikan diri di hampir semua lingkungan, mirip dengan pelaku korupsi yang sering kali mampu mengelak dari jerat hukum dengan kecerdikan dan manipulasi.

Mereka menggerogoti secara diam-diam, seringkali tanpa terdeteksi sampai kerugian yang ditimbulkan menjadi sangat besar.

Upaya membasmi “tikus-tikus” di BUMN bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan lebih dari sekedar pengawasan rutin; perlu adanya sistem yang tegas dan transparan.

Perangkap harus disiapkan, bukan hanya dalam bentuk audit yang lebih ketat, tetapi juga melalui penguatan lembaga pengawas internal dan penegakan hukum yang tidak pandang bulu.

Perumpamaan ini mengajak kita untuk merefleksikan kembali bagaimana struktur dan manajemen BUMN dijalankan.

Tanpa reformasi yang berarti dan tindakan keras terhadap korupsi, “tikus-tikus” akan terus berpesta, dan pada akhirnya, rakyatlah yang menanggung beban kerugian yang tidak pernah berakhir.

Baca Juga:  Roy Suryo: Kontroversi dan Keberlanjutan Eksistensi di Dunia Digital Indonesia

Kini, saatnya kita bersikap lebih kritis dan mendesak perubahan konkret dalam pengelolaan BUMN.

Harus ada komitmen yang kuat dari semua pihak untuk memastikan bahwa BUMN dapat beroperasi dengan integritas dan transparansi, menjauhkan diri dari citra negatif sebagai sarang tikus, dan kembali ke jalur yang benar sebagai aset bangsa yang membanggakan.

Dengan mengadopsi pendekatan yang lebih tegas dan sistematis dalam memerangi korupsi, kita dapat berharap bahwa BUMN bukan lagi tempat yang aman bagi “tikus-tikus” untuk bersembunyi.

Ini adalah perjuangan yang harus kita menangkan untuk memastikan masa depan Indonesia yang lebih cerah dan bersih dari korupsi.(AL)

Yuk! baca berita menarik lainnya dari MANADO NEWS di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *