Oleh: dr. Nurdjannah Jane Niode, SpKK, FINSDV, FAADV
Bagian/KSM Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK Unsrat/RSUP Prof. dr. R. D. Kandou, Manado
PERNAHKAH pembaca membayangkan betapa terganggunya kita di malam hari, apabila ada rasa gatal hebat yang datang menyerang tubuh? Tidak hanya diri kita seorang saja yang akan terusik, tetapi anggota keluarga serumah pun dapat dilanda gangguan ini.
Penyakit apakah gerangan itu?
Penyakit yang dapat mengganggu aktivitas maupun istirahat di malam ini dinamakan skabies, dikenal juga dengan sebutan ‘gatal agogo’. Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis (tungau kecil, tergolong family Sarcoptidae, kelas Arachnida) dan produknya, ditandai dengan keluhan gatal dimalam hari, menyerang manusia secara berkelompok, serta menimbulkan kelainan kulit terutama pada lipatan kulit yang tipis, hangat, dan lembab.
Bagaimana cara penularan skabies?
Skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual, maupun kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, seprei, sarung bantal,dan perlengkapan sehari-hari lainnya.
Terdapat beberapa faktor risiko yang berperan dalam penularan yaitu higiene yang buruk, ada yang terinfeksi di dalam satu rumah atau satu kelompok, hubungan seksual yang bersifat promiskuitas (berhubungan seksual dengan banyak pasangan), dan keadaan imunosupresi.
Jenis tungau yang berperan dalam penularan skabies adalah Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi, kadang-kadang dapat juga oleh bentuk larva. Seluruh siklus hidup tungau terjadi pada kulit manusia, dimulai dari kopulasi (perkawinan) tungau jantan dan tungau betina. Setelah kopulasi, tungau jantan akan mati meskipun kadang-kadang masih dapat hidup sampai beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum sampai perbatasan stratum granulosum. Sepanjang terowongan yang dapat mencapai 1 cm, tungau akan meletakkan telurnya sebanyak 2 hingga 3 butir per hari selama 30 hari masa hidupnya. Telur akan menetas menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki, biasanya dalam waktu 3-10 hari. Larva akan berkembang menjadi nimfa jantan dan betina yang memiliki 4 pasang kaki setelah 2-3 hari. Siklus hidup S. scabiei mulai dari stadium telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu sekitar 8-12 hari.
Selain beraktivitas di dalam tubuh manusia, S. scabiei dapat hidup di luar kulit selama 24-36 jam.
Bagaimana perjalanan penyakit skabies?
Skabies memiliki masa inkubasi 4-6 minggu. Tungau skabies yang menginfeksi kulit akan beraktivitas dan menimbulkan kelainan berupa papul, vesikel, urtika disertai rasa gatal. Gatal terjadi akibat sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang dialami sebulan setelah investasi. Gatal terutama pada malam hari, disebabkan oleh aktivitas tungau yang lebih tinggi pada suhu lembab dan panas. Rasa gatal yang timbul menyebabkan penderita menggaruk sehingga dapat terjadi erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.
Bagaimana manifestasi klinis dan kriteria diagnosis skabies?
Manifestasi klinis skabies meliputi: (1) Lesi pada tempat infestasi, (2) Manifestasi kulit hipersensitif terhadap tungau, (3) Lesi sekunder akibat garukan, (4) Infeksi sekunder, (5) Lesi varian pada individu tertentu, misalnya skabies Norwegia (skabies berkrusta/skabies dengan hiperinfestasi).
Terdapat 4 tanda cardinal skabies. Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut, yakni:
- Gatal terutama pada malam hari (pruritus nokturna)
- Terdapat riwayat sakit serupa dalam satu rumah atau sekelompok manusia. Beberapa individu yang mengalami investasi tungau, dapat tidak memberikan gejala. Individu seperti ini bersifat sebagai pembawa (carrier)
- Lesi kulit pada daerah predileksi
- Lesi kulit berupa terowongan (kunikulus) yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok. Pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel. Apabila terjadi infeksi sekunder, lesi kulit menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi).
- Daerah predileksi biasanya terletak pada bagian tubuh yang memiliki stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (perempuan), umbikulus, bokong, genitalia eksterna (laki-laki), dan perut bagian bawah. Pada bayi, orang tua, dan individu imunokompromais, kelainan dapat mengenai seluruh permukaan kulit.
- Ditemukan tungau
Diagnosis definitif skabies adalah ditemukannya tungau, telur, atau kotoran (skibala) melalui pemeriksaan mikroskopis.
Gambar 1. Tungau Sarcoptes scabiei var hominis.
Pada pasien dengan retardasi mental, kelemahan fisis, gangguan imunologik, dan psikosis dapat djumpai lesi varian yang dikenal dengan istilah skabies Norwegia (skabies berkrusta/skabies dengan hiperinfestasi). Kelainan ini merupakan bentuk skabies yang ditandai dengan plak hiperkeratosis dan berkrusta pada telapak tangan dan telapak kaki, disertai distrofi serta penebalan kuku jari tangan dan kuku jari kaki. Terdapat lesi eritematosa berskuama pada wajah, leher, kulit kepala, dan badan; berbau tidak enak disertai rasa gatal yang minimal. Skabies berkrusta bersifat sangat menular.
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menemukan terowongan dan tungau.
- Terowongan dapat diidentifikasi dengan mengoleskan tinta pada area yang terkena. Terowongan akan berwarna lebih gelap dibandingkan kulit sekitar. Hal ini disebabkan tinta yang terkumpul di dalam terowongan.
- Tungau penyebab skabies dapat ditemukan dengan cara:
- Meneteskan minyak mineral di atas terowongan, kemudian lakukan kerokan sepanjang terowongan atau area yang dicurigai. Hasil kerokan diletakkan di atas gelas obyek, ditutup dengan kaca penutup dan dilihat di bawah mikroskop.
- Melakukan biopsy irisan kulit dengan cara: lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.
- Membuat biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan hematoksilin eosin (H.E).
Skabies merupakan penyakit yang menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal (the greatest imitator) sehingga penting membedakan skabies dengan prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis atopik, dan insect bite.
Bagaimana penatalaksanaan skabies?
Penatalaksanaan skabies meliputi edukasi dan pemberian obat-obatan.
- Edukasi
Edukasi yang diberikan mencakup:
- Memelihara higiene perorangan dan lingkungan
- Tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersama
- Menghindari kontak langsung dengan penderita skabies
- Pakaian, bantal, handuk, dan seprei penderita skabies harus dicuci dengan air panas dan dikeringkan
- Seluruh orang yang tinggal serumah harus diobati serentak
Edukasi yang lengkap dan informatif, menjadi salah satu upaya pencegahan penting terhadap penularan skabies.
- Obat-obatan
Pemberian obat-obatan berupa obat topikal dan obat sistemik diperlukan untuk mengatasi tungau penyebab skabies serta keluhan penyerta yang timbul.
Beberapa obat anti skabies topikal yang dapat digunakan:
- Krim permetrin 5%, dioleskan pada kulit, dibiarkan selama 8 jam, kemudian dibersihkan dengan mandi. Apabila masih terdapat keluhan, pemberian dapat diulang setelah satu minggu.
- Salep sulfur 5-10%, dioleskan 3 malam berturut-turut.
- Krim krotamiton 10 %, dioleskan selama 8 jam pada hari ke-1, 2, 3, dan 8.
- Emulsi benzil-benzoat 10%, dioleskan selama 24 jam penuh.
Untuk skabies berkrusta dapat diberikan kombinasi ivermectin per oral dengan anti skabies topikal. Ivermectin tidak boleh digunakan pada anak dengan berat badan <15 kg, ibu hamil, dan menyusui.
Bila terdapat rasa gatal dapat diberikan anti histamin dan jika disertai infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik yang sesuai.
Bagaimana prognosis skabies?
Skabies memiliki prognosis yang baik, artinya melalui pemilihan dan cara pemakaian obat yang tepat, mengatasi faktor risiko termasuk higiene perorangan maupun lingkungan, serta pengobatan terhadap semua orang yang berkontak erat dengan penderita, maka penyakit ini dapat disembuhkan.